Kehilangan Arah, Dow Futures Bergerak Volatil

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
24 September 2020 19:00
Trader Tommy Kalikas works on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Jan. 14, 2019. Stocks are opening lower on Wall Street after China reported a surprise drop in exports to the U.S. last month. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Bursa Tokyo (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (24/9/2020) bergerak volatil dan minim kepastian arah pergerakan, di tengah tren koreksi beberapa hari terakhir.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average menguat sangat tipis, sulit mengindikasikan arah pergerakan pada pembukaan nanti. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq cenderung melemah.

Nyali pelaku pasar di Wall Street cenderung mengkeret setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa pihaknya tak akan dengan mudah melepas kekuasaan jika nanti kalah di pemilihan umum.

Kemarin, indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 525 poin, atau -1,9%, alias menghapus reli sehari sebelumnya sebesar 176 poin. Indeks S&P 500 tertekan 2,4%, sedangkan Nasdaq turun 3%.

"Tidak ada satu alasan spesifik untuk menjelaskan aksi jual tersebut, dan dalam banyak hal koreksi itu adalah kelanjutan aksi yang sudah berlangsung sejak awal bulan," tutur Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge sebagaimana dikutip CNBC International.

Sejauh ini, indeks S&P 500 sepanjang September telah melemah 7,5%, sedangkan Dow Jones anjlok 5,8% dan Nasdaq ambruk 9,7% setelah investor menggeser posisi investasi dari saham teknologi ke saham siklikal yang diuntungkan oleh pemulihan ekonomi.

Untuk hari ini, investor akan memantau data klaim tunjangan pengangguran yang akan dirilis berbarengan dengan pembukaan pasar. Demikian juga pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin di depan Komite Perbankan, Senat.

Pidato itu bakal berlangsung di tengah penantian pasar atas nasib stimulus tambahan untuk mengatasi dampak pandemi terhadap perekonomian terbesar dunia tersebut. Powell pada Rabu telah menekankan pentingnya stimulus jika ingin pemulihan ekonomi berlanjut.

"Tatkala investor menuding volatilitas yang terjadi sebagai akibat volatilitas musiman dan ketakpastian politik, kita telah memasuki periode di mana kantong uang tunai lebih dipilih yang memicu dolar AS menguat dan menekan aset berisiko tinggi [ saham]," ujar Andrew Smith, Kepala Perencana Investasi Delos Capital Advisors, dikutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Profit Taking Membayang, Dow Futures Tertekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular