
Kurs Dolar Australia Ambrol 3,5% vs Rupiah, Ini Penyebabnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (24/9/2020), setelah menurun dalam 4 hari beruntun.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga di Australia menjadi pemicu buruknya kinerja mata uang Kanguru ini.
Pada pukul 11:39 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.429,2, dolar Australia melemah 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 12 Agustus lalu.
Sementara dalam 4 hari terakhir, dolar Australia sudah melemah lebih dari 3,5%.
Angin bagi dolar Australia berbalik di pekan ini. Pada minggu lalu, dolar Australia masih digdaya, menyentuh level Rp 1.0891,86/AU$ pada 15 September, yang merupakan level tertinggi sejak November 2018.
Dalam tempo 5 hari perdagangan terakhir, dolar Australia sudah menyentuh level terendah dalam lebih dari 1 bulan terakhir.
Buruknya kinerja dolar Australia di pekan ini terjadi akibat adanya ekspektasi suku bunga di Australia kembali dipangkas. Ekspektasi tersebut muncul setelah wakil gubernur bank sentral Australia (Reserve bank of Australia/RBA), Guy Debelle berbicara Selasa pagi waktu setempat.
Pernyataan Debelle tersebut bisa jadi mengubah arah angin dolar Australia, sebab penguatannya belakangan ini salah satunya ditopang oleh ekspektasi suku bunga tidak akan dipangkas lagi, serta RBA yang tidak mempermasalahkan penguatan dolar Australia.
"Bank sentral sedang mempertimbangkan beberapa opsi termasuk intervensi mata uang dan penerapan suku bunga negatif untuk mencapai target inflasi dan pasar tenaga kerja," kata Debelle sebagaimana dikutip ABC, Selasa (22/9/2020).
Suku bunga RBA saat ini sebesar 0,25%, selain itu bank sentral pimpinan Philip Lowe tersebut juga menerapkan program pembelian aset (quantitative easing/QE) untuk pertama kalinya dalam sejarah. QE dilakukan dengan membeli obligasi pemerintah tenor 3 tahun, dan menjaga yield-nya di kisaran 0,25%.
Analis dari Westpac Bank, Bill Evans memprediksi pada 6 Oktober nanti RBA akan memangkas suku bunga menjadi 0,1% dari saat ini 0,25%. Sementara target yield obligasi tenor 3 tahun juga dipangkas menjadi 0,1% dari 0,25%.
"Debelle memberikan sinyal yang jelas jika anggota dewan sedang mempersiapkan pemangkasan suku bunga dan kebijakan moneter lainnya saat Rapat Dewan Gubernur Oktober nanti." Kata Evans sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (23/9/2020).
Selain memangkas suku bunga dan menurunkan target yield obligasi tenor 3 tahun, Evans juga memprediksi RBA akan melakukan pembelian obligasi dengan tenor 5 dan 10 tahun.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga dan perluasan QE tersebut terus menjadi penekan utama dolar Australia, dan kemungkinan masih akan terus berlanjut sampai RBA mengumumkan kebijakan moneter awal bulan depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah
