Mimpi Ekonomi Global Pulih Buyar, IHSG Ambles 1,5%

Tri Putra, CNBC Indonesia
24 September 2020 11:57
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama Kamis (24/9/20) anjlok 1,57% indeks poin di level 4.840,70 dampak dari rilis data global yang kurang cantik yang memberikan sinyal pemulihan ekonomi akan lebih lambat dari perkiraan.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 324 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 3,1 triliun.

Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan jual bersih sebesar Rp 54 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 94 miliar.

Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Astra Internasional Tbk (ASII) dengan beli bersih sebesar Rp 14 miliar dan PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan net buy sebesar Rp 14 miliar.

Selanjutnya bursa di kawasan Asia terpantau merah, Nikkei di Jepang terdepresiasi 0,96%, Hang Seng Index di Hong Kong turun 1,78%, sedangkan Indeks STI di Singapura terdepresiasi 1,08%.

Dari Wall Street, Indeks Dow Jones berakhir melemah 1,9%, S&P 500 merosot 2,3% dan Nasdaq ambrol 3%. Sepanjang bulan ini, Dow Jones merosot lebih dari 7%, S&P 500 nyaris 6%, dan Nasdaq hampir 10%.

Pembahasan stimulus fiskal di AS masih belum ada titik terang di parlemen (Kongres) AS. Bos The Fed, Jerome Powell bahkan mengatakan stimulus fiskal diperlukan untuk segera membangkitkan perekonomian AS.

"Kita sudah bangkit cukup cepat, dan itu bagus. Tetapi jalan masih panjang. Jadi, saya ingin mengatakan kita perlu bersama-sama, kita semua. Pemulihan ekonomi akan berjalan lebih cepat jika mendapat dukungan dari Kongres dan The Fed," kata Powell di hadapan House of Representatives Select Subcommittee, Rabu pagi waktu setempat.

Wakil Bos The Fed, Richard Clarida, juga menggarisbawahi bahwa perekonomian AS masih berada di 'lubang yang dalam' karena tingkat pengangguran dan permintaan yang rendah dan berharap stimulus fiskal akan semakin dikencangkan. Hal serupa juga diaminin Bos The Fed Cleveland, Loretta Mester yang mengatakan meskipun ada pemulihan namun AS masih terpuruk dalam 'lubang besar'

Sentimen negatif selanjutnya datang dari perkembangan vaksin virus corona buatan AstraZeneca. Uji klinis tahap akhir vaksin yang disebut AZD1222 tersebut masih belum bisa dilanjutkan di AS. Penyidik federal dikatakan masih mencari "jawaban penting" untuk keselamatan pasien, kata Menteri Kesehatan dan Layanan Kesehatan AS, Alex Azar, kepada CNBC International, Rabu kemarin.

Uji klinis vaksin AZD1222 dihentikan sementara sejak 6 September lalu, setelah pasien di Inggris mengalami efek samping yang serius.

Kabar buruk lainnya datang dari Eropa, di tengah peningkatan kasus Covid-19, aktivitas bisnis (manufaktur dan jasa) kembali menyusut.

Kemarin, IHS Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) gabungan jasa dan manufaktur bulan September untuk zona euro sebesar 50,1, turun tajam dari bulan Agustus sebesar 51,9.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya artinya ekspansi.

Pelambatan tajam ekspansi di bulan September terjadi karena sektor jasa. PMI jasa zona euro dilaporkan sebesar 47,6, turun dari bulan Agustus 50,5. Sektor jasa kembali mengalami kontraksi setelah 2 bulan beruntun berekspansi. Sementara itu PMI sektor manufaktur dilaporkan sebesar 54,3, turun dari bulan sebelumnya 55,2.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular