
Waduh! Dolar Australia Drop 2% Lebih, Ada Apa Ini?

olaPada akhir Agustus lalu Analis dari Westpac Bank, Bill Evans memprediksi penguatan dolar Australia hingga tahun depan akan ditopang oleh kenaikan harga bijih besi, komoditas ekspor utama Australia, serta dolar AS yang masih lemah.
Mengutip harian The Young Witness, Evans melihat, dolar Australia yang saat itu di kisaran US$ 0,72 akan menguat ke US$ 0,75 di akhir tahun ini, dan mencapai US$ 0,8 di akhir tahun 2021. Fair value dolar Australia dikatakan berada di level US$ 0,78.
Ketika dolar Australia terus menguat, sementara pemulihan ekonomi Australia lebih lambat dari perkiraan, Evans menyebut hal tersebut akan menjadi ujian bagi RBA apakah akan mempertimbangkan mengintervensi mata uangnya atau menerapkan suku bunga negatif.
Westpac, adalah salah satu bank terbesar di Australia setelah mencaplok St.George Bank. Bank ini menjadi satu dari 'empat besar' bank di Australia, bersama NAB, ANZ, dan Commonwealth Bank.
Analisis Evans terkait intervensi dan suku bunga terbukti jitu setelah melihat pernyataan Debelle kemarin. Evans kini memprediksi pada 6 Oktober nanti RBA akan memangkas suku bunga menjadi 0,1% dari saat ini 0,25%. Sementara target yield obligasi tenor 3 tahun juga dipangkas menjadi 0,1% dari 0,25%.
"Debelle memberikan sinyal yang jelas jika anggota dewan sedang mempersiapkan pemangkasan suku bunga dan kebijakan moneter lainnya saat Rapat Dewan Gubernur Oktober nanti." Kata Evans sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (23/9/2020).
Selain memangkas suku bunga dan menurunkan target yield obligasi tenor 3 tahun, Evans juga memprediksi RBA akan melakukan pembelian obligasi dengan tenor 5 dan 10 tahun.
Jika prediksi Evans jitu, maka peluang dolar Australia untuk terus menguat tentunya berkurang, bahkan berisiko berbalik melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
