
Sikapi Kabar Dana Aneh di Bank, Bursa Eropa Drop di Sesi Awal

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa melemah pada sesi awal perdagangan Senin (21/9/2020), menyusul laporan mengenai aliran dana ilegal di bank-bank raksasa global dan kenaikan penyebaran infeksi virus corona di seluruh dunia.
Indeks Stoxx 600, yang berisi 600 saham unggulan di Eropa anjlok 1,1% pada pembukaan, dengan indeks saham sektor perdagangan, perbankan, dan perjalanan melemah lebih dari 2% memimpin koreksi yang menimpa seluruh indeks sectoral tersebut.
Setengah jam kemudian, Stoxx 600 masih melemah sebesar 5,2 poin (-1,4%) ke 363,62. Indeks DAX Jerman turun 225,7 poin (-1,7%) ke 12.890,58 dan CAC Prancis surut 73,9 poin (-1,5%) ke 4.904,26. Di sisi lain, indeks FTSE Inggris drop 119,9 poin (-2%) ke 5.887,15.
Seiring dengan perkembangan virus corona, investor di Eropa juga memantau saham perbankan pada Senin menyusul laporan pada akhir pekan lalu bahwa beberapa dari mereka mengelola dana-dana mencurigakan.
Di Asia, saham bank yang tercatat di bursa Hong Kong yakni Standard Chartered dan HSBC ambrol masing-masing sebesar 2,7% dan 2,9% menyusul laporan bahwa mereka termasuk di dalam bank yang diduga mengelola dana mencurigakan tersebut.
Reuters melaporkan bahwa bank-bank raksasa tersebut telah mengelola dana mencurigakan tersebut dalam dua decade terakhir. Laporan tersebut mengutip dokumen rahasia yang diajukan bank ke pemerintah AS, dan langsung dibantah oleh beberapa bank tersebut.
"Kami tidak mengomentari berita mengenai aktivitas mencurigakan," tutur HSBC dalam pernyataan resminya kepada CNBC.
Sementara itu, Standard Chartered dalam pernyataannya menyebutkan bahwa dalam realitasnya akan selalu ada upaya mencuci uang dan menghindari sanksi, dan perlu "tanggung-jawab untuk memerangi kejahatan finansial dengan sangat serius."
Di luar itu, pasar masih memperhatikan kenaikan kasus corona, setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Jumat mengingatkan bahwa virus corona "tidak akan pergi jauh," menegaskan bahwa sepekan kemarin 50.000 menjadi korban jiwa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Eropa Melesat di Sesi Awal Sambut Kebijakan The Fed