Rupiah Menguat Sih, Tapi Wajib Waspada!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 September 2020 09:11
Penukaran Uang Kusam
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Namun apresiasi rupiah sangat terbatas mengingat dolar AS juga sedang bangkit.

Pada Kamis (17/9/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.780 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,3% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Rupiah tidak bisa menguat signifikan karena tertahan oleh penguatan dolar AS. Pada pukul 07:34 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%.

Mata uang Negeri Paman Sam bangkit setelah pasar merespons hasil rapat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Soal suku bunga acuan, tidak ada kejutan. Federal Funds Rate tetap bertahan di 0-0,25%. Dot plot terbaru menggambarkan suku bunga acuan kemungkinan masih bertahan rendah hingga 2023, sesuatu yang juga sudah masuk dalam kalkulasi pelaku pasar.

ffrFederal Open Market Committee

Namun ada yang menarik. Dalam proyeksi terbaru, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memperkirakan ekonomi AS terkontraksi (tumbuh negatif) 3,7% pada 2020. Meski negatif, tetapi lebih baik dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu minus 6,5%.

Proyeksi angka pengangguran untuk 2020 juga direvisi ke bawah dari 9,3% menjadi 7,6%. 'Ramalan' terbaru ini menggambarkan bahwa ekonomi AS ternyata tidak jelek-jelek amat, ada harapan bisa bangkit lebih cepat.

fedFederal Open Market Committee

"Pijakan bagi dolar AS hari ini adalah The Fed menaikkan proyeksi ekonomi untuk 2020. Ternyata lebih baik ketimbang proyeksi Juni lalu," ujar Joe Manimbo, Senior Market Analyst di di Western Union Business Solution yang berbasis di Washington, seperti dikutip dari Reuters.

Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan diumumkan siang nanti. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Wajiyo dan sejawat akan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 4%.

Langkah ini dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, sebagaimana mandat UU No 3/2004. Sejak awal kuartal III-2020, rupiah memang dalam tren melemah, bahkan menjadi mata uang terlemah di Asia.

Penurunan suku bunga acuan akan ikut menurunkan imbal hasil investasi di aset-aset berbasis rupiah, utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Sejak awal tahun, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun sudah terpangkas 40,7 basis poin (bps).

Per 11 September, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) tercatat Rp 940,21 triliun. Ini adalah yang terendah sejak 28 Agustus.

Kalau yield turun terus, maka investor asing akan terus keluar karena berinvestasi di SBN dipandang kurang 'seksi'. Dampaknya, rupiah akan kekurangan 'darah' sehingga bisa terus melemah.

"Meskipun inflasi rendah dan pertumbuhan ekonomi mengarah kepada resesi pada kuartal III-2020, volatilitas rupiah dan tekanan keluar arus modal asing diperkirakan akan menjadi pertimbangan bank sentral dalam kebijakan penentuan suku bunganya," sebut Anton Hendranata, Ekonom Senior BRI.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular