
Rupiah Menguat Sih, Tapi Wajib Waspada!

Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan diumumkan siang nanti. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Wajiyo dan sejawat akan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 4%.
Langkah ini dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, sebagaimana mandat UU No 3/2004. Sejak awal kuartal III-2020, rupiah memang dalam tren melemah, bahkan menjadi mata uang terlemah di Asia.
Penurunan suku bunga acuan akan ikut menurunkan imbal hasil investasi di aset-aset berbasis rupiah, utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Sejak awal tahun, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun sudah terpangkas 40,7 basis poin (bps).
Per 11 September, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) tercatat Rp 940,21 triliun. Ini adalah yang terendah sejak 28 Agustus.
Kalau yield turun terus, maka investor asing akan terus keluar karena berinvestasi di SBN dipandang kurang 'seksi'. Dampaknya, rupiah akan kekurangan 'darah' sehingga bisa terus melemah.
"Meskipun inflasi rendah dan pertumbuhan ekonomi mengarah kepada resesi pada kuartal III-2020, volatilitas rupiah dan tekanan keluar arus modal asing diperkirakan akan menjadi pertimbangan bank sentral dalam kebijakan penentuan suku bunganya," sebut Anton Hendranata, Ekonom Senior BRI.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
