
Rupiah Harap Waspada! Dolar AS Sepertinya Mau "Ngamuk"

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.825/US$ pada perdagangan Rabu kemarin. Meski menguat, rupiah berada di posisi paling bontot di "klasemen" mata uang utama Asia.
Artinya, dolar AS memang sedang lesu kemarin. Tetapi hari ini, Kamis (17/9/2020), the greenback kemungkinan akan "ngamuk" hal ini terlihat dari indeks dolar AS yang berbalik menguat 0,15% ke 93,214 kemarin setelah sebelumnya melemah 0,29%.
Bank sentral AS (The Fed) yang mengumumkan kebijakan moneter dini hari tadi membuat dolar AS bangkit. Bos The Fed, Jerome Powell, yang optimistis terhadap pemulihan ekonomi AS menjadi pemicu penguatan dolar AS.
Tetapi, dolar AS sebenarnya juga bisa tertekan, sebab Powell menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun 2023.
Siang nanti, giliran Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter.
Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan BI akan tetap menahan suku bunga acuannya di angka 4%
BI memandang cara memulihkan perekonomian adalah melalui jalur pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE). Hal ini diungkapkan langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo. Dengan QE, BI menyuntikkan likuiditas ke pasar melalui penurunan Giro Wajib Minimun (GWM) maupun ekspansi moneter. Hingga 14 Agustus, BI telah memberikan QE sebesar Rp 651,54 triliun.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas US$ 14.730/US$, yang sebenarnya memberikan tekanan.
Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Tetapi kabar baiknya, pada Jumat (11/9/2020) lalu, rupiah membentuk pola Shooting Star. Dilihat pada grafik candle stick harian, badannya (body) kecil di bagian bawah, sementara ekornya (tail) panjang ke atas.
Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.
Secara psikologis, pola shooting star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu indikator stochastic kini sudah keluar dari wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang sebelumnya mencapai overbought memberikan peluang penguatan rupiah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.790/US$, jika berhasil ditembus rupiah berpeluang menguat menuju Rp 14.730/US$.
Sementara itu, resisten terdekat berada di Rp 14.860/US$. Jika resisten tersebut dilewati, rupiah berisiko menguji kembali Rp 14.900/US$. Resisten selanjutnya berada di level Rp 14.930/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
