Menanti "Ledakan" Emas, Para Analis Pun Galau

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 September 2020 17:52
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia sepanjang pekan lalu menguat 0,47% ke US$ 1.941,5/troy ons, dan masih berlanjut pada hari ini, Senin (14/9/2020). Melansir data Refinitiv, pada pukul 16:39 WIB diperdagangkan di kisaran US$ 1.946,06/troy ons, menguat 0,23% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Emas masih bergerak dengan volatilitas tinggi, artinya naik dan turun terjadi secara signifikan dan dalam waktu singkat. Akibatnya, rentang pergerakan harian pun cukup lebar.

Para analis di Wall Street pun galau, melihat pergerakan harga emas yang tercermin dari survei mingguan Kitco. Hasil survei terhadap 15 analis di Wall Street tersebut menunjukkan sebanyak 43% mengambil sikap netral, atau belum bisa menentukan apakan emas akan menguat atau melemah, alias galau.

"Saya pikir emas masih akan bergerak di dalam rentang tertentu selama beberapa waktu," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (11/9/2020)

Sementara 36% diantaranya masih bersikap bullish alias memprediksi harga emas akan menguat, dan 21% bersikap bearish alias memprediksi emas akan turun.

Sementara itu investor ritel atau yang disebut Main Street justru sangat bullish. Hasil survei Kitco sebanyak 1.359 investor menunjukkan 68% mengambil sikap bullish, 15% bearish dan 17% netral.

Pergerakan volatil emas masih akan terjadi di pekan ini, sebab bank sentral Amerika Serikat (AS) akan mengumumkan kebijakan moneternya.

Maklum saja, kebijakan moneter The Fed merupakan salah satu faktor yang membuat harga emas dunia terbang tinggi di tahun ini.

Bos The Fed, Jerome Powell, pada Kamis (27/8/2020) malam mengubah pendekatannya terhadap target inflasi. Sebelumnya The Fed menetapkan target inflasi sebesar 2%, ketika sudah mendekatinya maka bank sentral paling powerful di dunia ini akan menormalisasi suku bunganya, alias mulai menaikkan suku bunga.

Kini The Fed menerapkan "target inflasi rata-rata" yang artinya The Fed akan membiarkan inflasi naik lebih tinggi di atas 2% "secara moderat" dalam "beberapa waktu", selama rata-ratanya masih 2%.

Dengan "target inflasi rata-rata" Powell mengatakan suku bunga rendah bisa ditahan lebih lama lagi.

Suku bunga rendah yang ditahan dalam waktu yang lama tentunya berdampak negatif bagi dolar AS, dan positif bagi emas.

Secara teknikal, potensi penurunan emas di pekan ini memang masih di kisaran US$ 1.900/troy ons. Sementara peluang penguatan ke US$ 1.990/troy ons. Tetapi dalam beberapa pekan ke depan ada peluang emas "meledak" atau terjadi pergerakan besar baik itu naik ataupun turun.

Hal ini terlihat dari terbentuknya pola Descending Triangle pada grafik harian. Batas bawah pola ini berada di kisaran US$ 1.900/troy ons, sementara titik tertingginya di US$ 2.072. Sehingga lebarnya pola Descending Triangle (garis hijau) sebesar US$ 172.

xauGrafik: Emas (XAU/USD) Harian
Foto: Refinitiv

Jika batas bawah pola ini di kisaran US$ 1.900/troy ons ditembus secara konsisten, emas berisiko turun tajam selebar Descending Triangle (US$ 172). Artinya, target penurunan jika batas bawah tersebut ditembus yakni di US$ 1.728/troy ons.

US$ 1.900/troy ons merupakan level psikologis, sehingga perlu tenaga yang ekstra agar bisa mampu menembus dengan konsisten. 

Jadi, jika batas bawah pola Descending Triangle gagal ditembus dengan konsisten, emas berpeluang rebound ke level psikologis US$ 2.000/troy ons.

Jika level psikologis tersebut ditembus dan bertahan di atasnya, emas berpeluang melesat juga hingga US$ 172, sehingga berpotensi memecahkan rekor tertinggi baru.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular