Kurs Dolar Singapura & Australia Kompak Melesat, Ada Apa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 September 2020 15:02
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura dan Australia kompak menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Jumat (11/9/2020).

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total yang akan kembali diterapkan di DKI Jakarta pada Senin depan membuat rupiah terpukul, dan memicu penguatan kedua dolar tersebut.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura hari ini melesat 1,09% ke Rp 10.935,56/SG$ siang ini. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 17 April lalu. Sementara dolar Australia menguat 1,25% ke Rp 10.888,09/AU$ yang merupakan level tertinggi sejak 2 November 2018.

Penguatan kedua mata uang ini sedikit terpangkas, pada pukul 14:22 WIB kurs dolar Singapura berada di level Rp 10.889,13/SG$, menguat 0,62%, sementara penguatan dolar Australia tersisa 0,81% di Rp 10.847,52/AU$.

Rupiah sebenarnya sudah tertekan sejak Kamis kemarin, tetapi masih mampu selamat dari kemerosotan tajam. Di perdagangan terakhir pekan ini, Mata Uang Garuda akhirnya ambruk.

Pada Rabu (9/9/2020) malam lalu, malam Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali mengumumkan penerpan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total mulai 14 September. Pengumuman tersebut memberikan efek kejut pada perdagangan kemarin, dan semakin parah hari ini.

Dengan demikian, Indonesia hampir pasti mengalami resesi di kuartal ini. Bahkan, produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV juga berisiko terkontraksi jika PSBB total berlangsung hingga bulan depan. Maklum saja, kontribusi Jakarta terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional adalah yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali mengingatkan risiko kontraksi ekonomi di kuartal III-2020.

Sri Mulyani mengatakan kuartal III masih akan berada di zona negatif karena penyebaran Covid-19 masih terus meluas sehingga kebijakan pembatasan sosial kembali dilakukan.

Dengan kondisi ini, maka outlook ekonomi Indonesia di tahun ini pun direvisi kebawah. Pertumbuhan ekonomi sebelum Covid-19 diprediksi bisa tumbuh 5,3% dan saat ini menjadi -1,1 sampai 0,2%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tunggu BI, Rupiah Naik-Turun Lawan Dolar Singapura-Australia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular