
Desas-desus PSBB Total Direvisi Menguat, IHSG Siap Terbang!

Pemberlakuan kembali PSBB total di DKI Jakarta yang diputuskan oleh Anies Baswedan sangat mengejutkan pelaku usaha. Salah satunya pengusaha pengelola pusat perbelanjaan atau mal yang baru 2 bulan lebih menghirup kembali kegiatan operasi saat PSBB transisi.
"Ini kita semua sedang kaget," kata Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Ellen Hidayat kepada CNBC Indonesia, Rabu (9/9).
Keputusan Anies demi menahan tingginya virus corona di Ibu Kota tersebut membuat pengusaha panik. Hal ini karena banyak sektor tidak boleh menjalankan aktivitas bisnis, kecuali 11 sektor yang sudah diizinkan.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Diana Dewi juga mengungkapkan hal yang sama. Ia khawatir jika dampaknya akan sangat jauh.
"Sebagai pengusaha, teman-teman semua panik. Karena kondisinya ada sektor-sektor baru untuk laksanakan operasional. Kalau harus berhenti mereka tidak siap. Mereka khawatir dari 11 sektor yg diperbolehkan, rencananya akan ditinjau kembali. Ini akan jadi beban pikiran mereka," katanya, Kamis (10/9).
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Fernando Repi menyebut komunikasi dengan pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus dilakukan. Termasuk mengirim surat protes secara resmi soal penutupan kegiatan toko modern seperti mal.
"Secara lisan sudah berkomunikasi dengan Asisten Ekonomi Pak Gubernur. Saya lihat dari kemarin niatan beliau memang akan memberi kesempatan ritel modern beroperasi," katanya.
Keyakinan itu timbul karena dampak kerugian akibat penutupan ritel modern akan sangat besar. Ia mengaku PSBB total kedua di DKI Jakarta ini menimbulkan dampak lebih besar dibanding PSBB total sejak April lalu.
"Simulasi saja, PSBB pertama itu pertumbuhannya -5,4% sampai sekarang. Nah ini baru mau balik lagi tiba-tiba kena lagi. Walau baru Jakarta tapi khawatirnya menyebar ke daerah. Bisa saja Surabaya atau yang lainnya. Kalau gitu lagi makin ambles," sebutnya.
Dari sektor properti, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD), Theresia Rustandi menyampaikan, pada dasarnya pengusaha mendukung rencana pemerintah dalam mengendalikan pandemi.
Namun, harus diakui, kondisi pasar properti masih cukup berat di tahun ini. Ditambah lagi dengan kebijakan pembatasan sosial, diperkirakan bakal menyebabkan penurunan penjualan.
Theresia menjelaskan, pandemi Covid-19 cukup memberikan dampak bagi kinerja keuangan perseroan di semester pertama tahun ini. Terutama, melambatnya penjualan apartemen dan perkantoran atau high rise building.
"Paling penting adalah kita harus hadapi bersama-sama dengan baik. Saling kerjasama, punya sense of crisis yang sama. Pemerintah, swasta, masyarakat harus sama dan saling mendukung," kata dia.
Ketua DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang juga memperkirakan butuh waktu yang tidak sedikit untuk membuat ekonomi kembali merangkak.
"Recovery kemungkinan akan mulai awal tahun depan, itu juga baru mulai. Normalnya itu baru di semester kedua tahun depan. Artinya di pertengahan mungkin mulai normal kembali," sebut Sarman yang juga Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta.
Namun, ia menggarisbawahi itu bisa terjadi jika penanganan Covid-19 dilakukan dengan baik. Sehingga angka positif Covid-19 bisa turun, meski harus secara perlahan. Di sisi lain, harapan menghindari resesi mungkin sulit.
"Sekarang masuk September. PSBB diperketat sampai akhir September, bentar lagi Oktober. Makanya kita sangat menduga bahwa kita memasuki resesi di depan pintu kita. Kita prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal tiga masih akan terkontraksi. Cuma yang jadi harapan, kontraksi nggak terlalu dalam. Artinya kemarin 5,32 harapan mudah-mudahan di -2 atau lebih baik," katanya.
