Duh! Industri Rokok Babak Belur, Petani Sampai Bakar Tembakau

tahir saleh, CNBC Indonesia
11 September 2020 14:39
Gudang Garam
Foto: www.gudanggaramtbk.com

Emiten rokok yang dikendalikan Philip Morris, HM Sampoerna juga mencatatkan penurunan laba bersih pada semester I-2020 secara year on year (yoy). Laba bersih melorot 28% menjadi Rp 4,89 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 6,77 triliun.

Sebagai perbandingan, pada Januari-Maret lalu, HMSP masih mengalami kenaikan laba bersih sebesar 1,09% secara year on year. Laba bersih perusahaan naik tipis menjadi Rp 3,32 triliun dari Rp 3,28 triliun di periode yang sama tahun lalu.

Data laporan keuangan yang dipublikasikan, menunjukkan koreksi laba bersih pada 6 bulan pertama tahun ini terjadi di tengah pendapatan bersih HMSP yang turun 12% menjadi Rp 44,73 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 50,72 triliun.

Penurunan penjualan terjadi khususnya di penjualan pasar ekspor yang melorot dari Rp 191,35 miliar menjadi Rp 142,67 miliar.

Adapun untuk pasar lokal, juga terjadi penurunan penjualan rokok yakni jenis sigaret kretek mesin (SKM) turun menjadi Rp 30,50 triliun dari sebelumnya Rp 35,93 triliun.

Sigaret putih mesin (SPM, rokok putih) juga turun menjadi Rp 4,3 triliun dari sebelumnya Rp 5,44 triliun, sementara sigaret kretek tangan (SKT) naik menjadi Rp 9,51 dari sebelumnya Rp 8,91 triliun.

Adapun Gudang Garam juga terdampak. Manajemen GGRM mengatakan terjadi penurunan volume penjualan rokok sepanjang semester I-2020  sebesar 8,8% year on year. Menurut data perusahaan, volume penjualan turun menjadi 42,5 miliar dari sebelumnya 46,6 miliar.

Direktur Gudang Garam Heru Budiman mengatakan selain karena Covid-19, kenaikan harga jual produk sejak Februari-Maret juga memicu terjadinya penurunan jumlah penjualan. Namun, kenaikan harga justru membantu perusahaan mengantongi pendapatan yang lebih besar.

"Mengalami kenaikan 1,75% timbul dari penurunan volume, karena harga jual kita mengalami peningkatan kenaikan harga yang mulai terjadi di bulan Februari-Maret," kata Heru dalam konferensi pers virtual, Senin (24/8/2020).

Penjualan terbesar masih disumbang oleh Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebanyak 38,3 miliar batang. Meski demikian, rokok jenis ini mengalami penurunan penjualan dari sebelumnya di periode yang sama tahun sebelumnya.

Kemudian, penurunan paling besar meski tak terlalu besar dampaknya pada perusahaan, terjadi pada rokok mild yang turun menjadi 2,3 miliar batang dari sebelumnya 4,5 miliar batang.

Sedangkan Sigaret Kretek Tangan (SKT) mengalami kenaikan volume penjualan 7,5% menjadi 4,5 miliar dari sebelumnya 4,2 miliar batang.

Sementara itu, kinerja berbeda dicatatkan Wismilak Inti Makmur. Laba bersih WIIM malah terbang 409,67% annualized menjadi Rp43,6 miliar. Pada periode 6 bulan 2019, laba bersih Wismilak hanya Rp 8,55 miliar.

Peningkatan laba pada periode tersebut merupakan sumbangsih pertumbuhan penjualan 27,71% secara year-on-year menjadi Rp 829,26 miliar. Terdapat pula kenaikan pendapatan lain-lain menjadi Rp 8,5 miliar pada periode tersebut.

Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Wismilak Surjanto Yasaputera mengakui pertumbuhan penjualan tahun ini didorong oleh dua produk unggulan yang baru dirilis perseroan yakni di segmen SKT (Sigaret Kretek Tangan) dengan jenama Wismilak Satya dan SKM (Sigaret Kretek Mesin) dengan jenama Diplomat Evo.

Dalam paparan publik virtual, Surjanto juga menyampaikan kenaikan tarif cukai yang mengharuskan produsen rokok tier satu menaikkan harga jual membuat produk Wismilak laku di pasaran. Pasalnya, ada peralihan konsumen loyal dari rokok tier satu ke produk Wismilak yang harganya lebih murah.

"Produk rokok kita berada pada range [harga] yang cukup affordable sehingga bisa menjadi alternatif pengganti rokok yang sebelumnya terlalu mahal harganya," ujar Surjanto.

(tas/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular