Jakarta "Dikunci" Total, Rupiah Malah Hajar 2 Dolar Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 September 2020 12:09
Australian dollar notes and coins can be seen in a cash register at a store in Sydney, Australia, February 11, 2016. REUTERS/David Gray
Foto: dollar Australia (REUTERS/David Gray)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Singapura dan Australia pada perdagangan Kamis (10/9/2020) siang, padahal sedang ada sentimen negatif dari diberlakukannya kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total di DKI Jakarta.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:13 WIB, rupiah menguat 0,13% melawan dolar Singapura ke Rp 10.800,57/SG$, sementara melawan dolar Australia penguatan tercatat sebesar 0,15% ke Rp 10.746,81/SG$.

Meski demikian, kurs dolar Singapura masih berada di dekat level tertinggi sejak akhir April lalu. Sementara dolar Australia lebih tinggi lagi, dekat level terkuat sejak November 2018.

Sentimen pelaku pasar global yang cukup bagus membuat rupiah cukup perkasa pada hari ini. Membaiknya sentimen tersebut tercermin dari penguatan bursa saham Asia yang menghijau.

Penguatan rupiah bisa lebih tajam lagi seandainya Jakarta tidak menerapkan PSBB total, yang memperbesar risiko resesi Indonesia.

Kemarin malam Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali mengumumkan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total mulai 14 September.

"Kita akan menarik 'rem darurat' yang itu artinya kita terpaksa kembali menerapkan PSBB seperti pada masa awal pandemi dulu. Bukan lagi PSBB Transisi, tetapi kita harus melakukan PSBB sebagaimana masa awal dulu," kata Anies.

Artinya perkantoran, pabrik, restoran, kafe, pusat perbelanjaan, dan sebagainya terpaksa ditutup lagi.

Bank Dunia dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020, dengan judul The Long Road to Recovery memperkirakan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia.

Dengan demikian, Indonesia hampir pasti mengalami resesi di kuartal ini. Bahkan, produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV juga berisiko terkontraksi jika PSBB total berlangsung hingga bulan depan. Maklum saja, kontribusi Jakarta terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional adalah yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura & Australia Meroket, Ada Apa Ini?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular