
Lippo, MNC, Sinarmas & Salim, Mana Paling Cuan Sahamnya?

Saham Emiten Grup Salim
Grup Salim dengan lini bisnis utamanya di sektor barang-barang konsumsi menjadi konglomerasi paling kuat yang berhasil bertahan dari serangan virus nCov-19.
Grup yang didirikan oleh mendiang Sudono Salim ini rata-rata harga sahamnya 'hanya' terkoreksi 13,76% selama tahun berjalan dan juga berhasil outperform terhadap IHSG.
Kesuksesan Grup salim berhasil bertahan melawan nCov-19 di antara grup lain dikarenakan sektor usaha utamanya yakni consumer goods yang tidak terlalu terdampak oleh virus corona karena sektornya yang difensif dimana walaupun daya beli turun dan masyarakat terkunci di rumah, penjualan makanan dan bahan pokok lain akan tetap 'jalan terus' bahkan berhasil meningkat.
Lihat saja contohnya di tengah kondisi saham di berberapa sektor yang harus rela masih terkoreksi belasan hingga puluhan persen, duo Indofood andalan Grup Salim hanya terkoreksi tipis saja.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) selaku produsen mie instan tenar Indomie hanya terkoreksi 6,95% saja bahkan induk usahanya PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) hanya turun 2,52%.
Bahkan holding investasi ritel dan telekomunikasi Grup Salim PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) berhasil tumbuh 6,51% secara tahun berjalan.
Lini bisnis DNET yang menjadi pemegang merek Indomaret tidak terlalu terdampak oleh pandemi corona, karena usaha minimarket masih diperbolehkan beroperasi ketika PSBB diberlangsungkan Maret silam.
Akan tetapi hal ini bukan berarti seluruh saham Grup Salim kebal dari serangan virus Covid-19. Tercatat koreksi paling parah dibukukan oleh lini bisnis sektor agrikultur milik Salim yakni PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang secara tahun berjalan terkoreksi 34,68%.
Virus nCov-19 memang belum bersahabat terhadap sektor agribisnis terutama karena serangan virus corona yang terus menekan permintaan komoditas Crude Palm Oil (CPO). Hal ini tentunya akan membuat harga CPO terpuruk dan diketahui CPO adalah salah satu komoditas andalan LSIP sehingga harga sahamnya terpaksa terkoreksi.
Tercatat harga CPO selama tahun berjalan masih terkoreksi 5,51% ke harga RM 2.897/ton setelah sempat anjlok 36,39% ke level terendahnya RM 1.950/ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
