Abaikan Data Buruk Zona Euro, Bursa Eropa Hijau di Sesi Awal

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
02 September 2020 15:23
The German share prize index DAX board is photographed early afternoon on the day of the Brexit deal vote of the British parliament in Frankfurt, Germany, January 15, 2019. REUTERS/Staff
Foto: Frankfurt Stock Exchange (DAX) (REUTERS/Staff)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa melaju ke jalur hijau pada sesi awal perdagangan Rabu (2/9/2020), menyambut data positif Amerika Serikat (AS) dan cenderung mengesampingkan data negatif Benua Biru.

Data manufaktur AS tercatat lebih baik dari ekspektasi. Institute for Supply Management (ISM) menyebutkan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) AS di level 56, atau yang tertinggi dalam 19 bulan terakhir.

Ini mengindikasikan bahwa industriawan Negara Adidaya itu kian optimistis dan tengah merencanakan kenaikan produksi. Angka di atas 50 mengindikasikan ekspansi manufaktur, dan sebaliknya di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Indeks Stoxx 600, yang berisi 600 saham unggulan di Eropa, naik 1,2% pada sesi pembukaan, dengan penguatan dibukukan seluruh indeks saham sectoral.

Setengah jam kemudian, reli Stoxx 600 berlanjut menjadi 4,7 poin (+1,3%) ke 369,9. Indeks DAX Jerman menguat 181,1 poin (+1,4%) ke 13.155,36 dan CAC Prancis tumbuh 67,2 poin (+1,4%) ke 5.005,3. Di sisi lain, indeks FTSE Inggris naik 75,8 poin (+1,3%) ke naik 5.937,85.

Pelaku pasar di Eropa terus menelaah data ekonomi kawasan setelah Uni Eropa melaporkan deflasi 0,2% pada Agustus, atau berbalik dari inflasi Juli sebesar 1,2%. Angka itu merupakan yang terendah sejak 2001. Di sisi lain penjualan ritel Jerman mengecewakan dengan turun 0,9%.

Angka itu lebih buruk dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 5%. Hal ini diprediksi mendorong bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) untuk mengambil langkah ekstra menangani dampak pandemi. ECB dijadwalkan memperbarui target inflasi pada September.

Secara umum, bursa di Asia Pasifik menguat meski Australia melaporkan bahwa ekonominya secara resmi memasuki periode resesi, dengan anjlok 7% pada kuartal II-2020, menjadi koreksi tahunan terbesar dalam sejarah, menurut Biro Statistik Australia. Pada kuartal sebelumnya, PDB Negeri Kanguru telah melemah 0,3%.

Dari kabar korporasi, Reuters melaporkan bahwa Unilever pada Rabu menyatakan akan membelanjakan 1 miliar euro (US$ 1,2 miliar) untuk menghapus penggunaan bahan bakar fosil dari produknya pada 2030 guna memangkas emisi karbon.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Eropa Melesat di Sesi Awal Sambut Kebijakan The Fed

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular