FYI, Kurs Dolar Singapura Kini Lebih Murah dari Australia!

Putu Agus Pransuamitra & Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 September 2020 13:22
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura dan Australia sama-sama menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Rabu (2/9/2020) akibat tekanan yang dialami Mata Uang Garuda dari dalam negeri. Tetapi jika melihat ke belakang, kinerja dolar Australia lebih impresif, hingga nilai tukarnya kini lebih tinggi ketimbang dolar Singapura.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 12:28 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.842,09, sementara AU$ setara Rp 10.850,83, dolar Singapura menguat 1,36% sementara dolar Australia 1,07%.

Nilai tukar dolar Australia sudah menyalip dolar Singapura sejak Jumat 28 Agustus lalu. Saat itu, AU$ mengakhiri perdagangan di level Rp 10.765,41, dan SG$ di Rp 10.758,19, dan hingga kini dolar Australia konsisten lebih mahal ketimbang dolar Singapura.

Kali terakhir kurs dolar Australia lebih mahal dari dolar Singapura pada awal September 2018 lalu, tepat 2 tahun lalu.

Kedua mata uang ini mulai dalam tren menguat melawan rupiah sejak awal Juni lalu. Tetapi kinerja di bulan Agustus menjadi pembeda. 

Melansir data Refinitiv, sepanjang bulan Agustus dolar Singapura menguat 1,29%, sementara dolar Australia menguat 3,5%.

Singapura yang kembali masuk ke jurang resesi membuat penguatan mata uangnya menjadi tertahan. Kementerian Perdagangan Singapura pada 11 Agustus lalu melaporkan produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi sebesar 42,9% quarter-to-quarter (QtQ) pada kuartal kedua II-2020. 

"Secara tahunan/year-on-year (YoY), ekonomi menyusut 13,2% pada kuartal yang berakhir 30 Juni," ujar Kementerian Perdagangan dikutip dari CNBC International. "Itu lebih buruk dari perkiraan sebelumnya yaitu kontraksi 12,6% dari tahun ke tahun."

Kontraksi PDB tersebut menjadi yang terburuk sepanjang sejarah Singapura.

Di kuartal I-2020 PDB Negeri Merlion minus 0,3% YoY sehingga sah mengalami resesi pertama sejak tahun 2008.

Sementara itu, kenaikan harga bijih besi menjadi Salah satu faktor yang membuat dolar Australia terus menguat adalah kenaikan harga biji besi.

Bijih besi merupakan komoditas ekspor terbesar Australia, berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor. Harga bijih besi naik nyaris 34% sepanjang tahun ini ke atas US$ 125/ton yang merupakan level tertinggi dalam 6 tahun terakhir.

Salah satu pemicu kenaikan harga bijih besi adalah impor dari China yang melonjak. Data dari bea cukai China yang dikutip Mining.com menunjukkan pada bulan Juni impor bijih besi melonjak 17% di bulan Juni dari bulan sebelumnya.

Selain itu, emas dunia yang juga mencetak rekor tertinggi memberikan sentimen positif ke dolar Australia. Emas merupakan komoditas terbesar ke-enam Australia, berkontribusi sekitar 4,8% dari total ekspor. Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2017.

Saat harga komoditas-komoditas tersebut menguat, pendapatan Australia akan meningkat dan menopang penguatan mata uangnya. Alhasil, kurs dolar Australia menjadi lebih mahal ketimbang dolar Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Kini Lebih Mahal dari Singapura, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular