Melesat 3,5% di Agustus, Dolar Australia Termahal Sejak 2018

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 September 2020 07:00
mata uang dollar dolar Australia
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Pada 22 Juli lalu, nilai tukar dolar Australia melawan dolar AS berada di atas 0,7/US$ dan berada di dekat level tertinggi 6 bulan. Gubernur RBA, Philip Lowe saat berbicara di hari itu mengatakan posisi nilai tukar dolar Australia sudah sesuai dengan fundamentalnya.

Dolar Australia menguat merespon pernyataan tersebut, hingga saat ini nyaris mencapai 0,74/US$.

Nilai tukar dolar Australia dikatakan sesuai dengan fundamentalnya, artinya RBA tidak mengharapkan dolar Australia akan melemah untuk membantu perekonomian.

Kala dolar Australia melemah, maka produk dari Negeri Kanguru akan lebih murah, sehingga ekspor berpotensi meningkat. Tetapi, sekali lagi RBA melihat nilai tukar dolar Australia saat ini sudah membantu pemulihan ekonomi, sehingga tak perlu lebih rendah lagi.

Ketika perekonomian Australia membaik, tentunya fundamental dolar Australia juga akan naik, dan nilainya juga berpeluang terkerek naik, termasuk melawan rupiah.

Analis dari Westpac, Bill Evans memprediksi penguatan dolar Australia hingga tahun depan akan ditopang oleh kenaikan harga bijih besi, komoditas ekspor utama Australia, serta dolar AS yang masih lemah.

Mengutip harian The Young Witness, Evans melihat, dolar Australia yang saat ini di kisaran US$ 0,72 akan menguat ke US$ 0,75 di akhir tahun ini, dan mencapai US$ 0,8 di akhir tahun 2021. Fair value dolar Australia dikatakan berada di level US$ 0,78.

Ketika dolar Australia terus menguat, sementara pemulihan ekonomi Australia lebih lambat dari perkiraan, Evans menyebut hal tersebut akan menjadi ujian bagi bank sentral Australia RBA apakah akan mempertimbangkan mengintervensi mata uangnya atau menerapkan suku bunga negatif.

Sementara itu Rabobank memprediksi dalam beberapa bulan ke depan dolar Australia akan melemah akibat RBA mulai tidak nyaman dengan penguatan mata uangnya.

"RBA kemungkinan tidak akan nyaman lagi dengan penguatan dolar Australia akibat risiko yang ditimbulkan ke perekonomian," kata Jane Foley, ahli strategi mata uang senior di Rabobank, sebagaimana dilansir Poundsterlinglive.com.

Penguatan dolar Australia berarti harga produk ekspor akan menjadi semakin mahal, permintaannya berisiko menurun dan akan memukul perekonomian.

"Dalam kasus tersebut, dolar Australia berpotensi terkoreksi melawan dolar AS," kata Foley.

Ketika dolar Australia melemah melawan dolar AS, maka melawan rupiah juga kemungkinan akan melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular