Gak Punya Teman! Rupiah Melemah Sendirian di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 September 2020 15:47
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (1/9/2020), padahal semua mata uang utama Asia menguat. Indonesia yang mengalami deflasi dalam 2 bulan beruntun memberikan tekanan bagi rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di level Rp 14.530/US$, menguat 0,21%. Tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah, melemah 0,34% ke Rp 14.610/US$.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di level Rp 14.565/US$, melemah tipis 0,04% di pasar spot.

Meski melemah tipis bahkan nyaris stagnan, rupiah menjadi mata uang terburuk hari ini, sebab mata uang utama Asia lainnya menguat.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning hingga pukul 15:06 WIB.

Rupiah sebenarnya punya modal untuk terus menguat pada hari ini, Selasa (1/9/2020), baik dari eksternal maupun internal. Terbukti begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat.

Dari eksternal dolar AS kembali nyungsep merespon kebijakan terbaru dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membuat rupiah mampu perkasa lagi.

Indeks dolar AS kemarin melemah 0,25% ke 92,144. Meski pelemahan tidak terlalu besar, tetapi indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini berada di level terlemah dalam lebih dari 2 tahun terakhir tepatnya sejak 1 Mei 2018. Sore ini indeks tersebut turun 0,36% ke 91,815.

Bos The Fed, Jerome Powell, pada Kamis (27/8/2020) malam mengubah pendekatannya terhadap target inflasi. Sebelumnya The Fed menetapkan target inflasi sebesar 2%, ketika sudah mendekatinya maka bank sentral paling powerful di dunia ini akan menormalisasi suku bunganya, alias mulai menaikkan suku bunga.

Kini The Fed menerapkan "target inflasi rata-rata" yang artinya The Fed akan membiarkan inflasi naik lebih tinggi di atas 2% "secara moderat" dalam "beberapa waktu", selama rata-ratanya masih 2%.

Dengan "target inflasi rata-rata" Powell mengatakan suku bunga rendah bisa ditahan lebih lama lagi, guna membantu perekonomian yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19.

Suku bunga rendah yang ditahan dalam waktu yang lama tentunya berdampak negatif bagi dolar AS.

Pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Agustus 2020. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan ekspektasi pasar.

Pada Selasa (1/9/2020), BPS menyebut inflasi bulan lalu adalah -0,05% secara bulanan (month-to-month/MtM) alias deflasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi deflasi secara bulan sebesar 0,01%.

Secara statistik, deflasi sudah dua kali berturut-turut terjadi. BPS juga mencatat terjadi deflasi pada Juli 2020 sebesar 0,10%. Deflasi merupakan kondisi harga-harga turun.

Sementara dibandingkan periode yang sama pada 2019 (year-on-year/YoY), terjadi inflasi 1,32%. Median konsensus CNBC Indonesia berada di 1,375%. Inflasi tahun kalender tercatat 0,93%.

"Perkembangan harga berbagai komoditas pada Agustus ini secara umum menunjukkan adanya penurunan," kata Suhariyanto, Kepala BPS, dalam jumpa pers hari ini.

Deflasi tersebut terjadi akibat rendahnya daya beli masyarakat yang dihantam pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19). Belanja konsumen merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, dengan kontribusi 58% hingga 60%, ketika daya beli rendah maka risiko kontraksi ekonomi tentunya semakin besar, dan terancam mengalami resesi di kuartal III-2020.

Ekonom CORE Piter Abdullah menjelaskan, deflasi atau inflasi yang terlalu rendah tidak menguntungkan secara ekonomi, karena tidak memberikan insentif kepada dunia usaha untuk berproduksi.

"Antara inflasi yang sangat rendah dan deflasi sama saja tidak menguntungkan secara ekonomi. Yang dibutuhkan adalah inflasi yang rendah dan stabil, di tengah permintaan atau konsumsi yang bertumbuh," jelas Piter.

Alhasil, rupiah tertekan dan menjadi satu-satunya mata uang Asia yang melemah pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular