
Gak Punya Teman! Rupiah Melemah Sendirian di Asia

Pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Agustus 2020. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan ekspektasi pasar.
Pada Selasa (1/9/2020), BPS menyebut inflasi bulan lalu adalah -0,05% secara bulanan (month-to-month/MtM) alias deflasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi deflasi secara bulan sebesar 0,01%.
Secara statistik, deflasi sudah dua kali berturut-turut terjadi. BPS juga mencatat terjadi deflasi pada Juli 2020 sebesar 0,10%. Deflasi merupakan kondisi harga-harga turun.
Sementara dibandingkan periode yang sama pada 2019 (year-on-year/YoY), terjadi inflasi 1,32%. Median konsensus CNBC Indonesia berada di 1,375%. Inflasi tahun kalender tercatat 0,93%.
"Perkembangan harga berbagai komoditas pada Agustus ini secara umum menunjukkan adanya penurunan," kata Suhariyanto, Kepala BPS, dalam jumpa pers hari ini.
Deflasi tersebut terjadi akibat rendahnya daya beli masyarakat yang dihantam pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19). Belanja konsumen merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, dengan kontribusi 58% hingga 60%, ketika daya beli rendah maka risiko kontraksi ekonomi tentunya semakin besar, dan terancam mengalami resesi di kuartal III-2020.
Ekonom CORE Piter Abdullah menjelaskan, deflasi atau inflasi yang terlalu rendah tidak menguntungkan secara ekonomi, karena tidak memberikan insentif kepada dunia usaha untuk berproduksi.
"Antara inflasi yang sangat rendah dan deflasi sama saja tidak menguntungkan secara ekonomi. Yang dibutuhkan adalah inflasi yang rendah dan stabil, di tengah permintaan atau konsumsi yang bertumbuh," jelas Piter.
Alhasil, rupiah tertekan dan menjadi satu-satunya mata uang Asia yang melemah pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
