Cuan Saham Teknologi AS Gila-gilaan Saat Pandemi, Nyaris 90%

Tri Putra, CNBC Indonesia
27 August 2020 17:28
Saham Perusahaan Teknologi
Foto: Infografis/Saham Perusahaan Teknologi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks bursa acuan Wall Street di Amerika Serikat, Wall Street yakni Indeks Nasdaq dan S&P 500 kembali menyentuh level tertinggi sepanjang masanya alias all time high.

Pada penutupan perdagangan dini hari tadi atau Rabu (26/8/20) waktu setempat Indeks Nasdaq ditutup melesat 1,73% sedangkan kompatriotnua S&P 500 ditutup terbang 1,02%.

Kenaikan kedua indeks tersebut disponsori oleh melesatnya harga saham-saham raksasa teknologi yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan FAANG+TM yakni Facebook, Amazon, Apple, Netflix, Google, Tesla, dan Microsoft.

Dapat dilihat seluruh saham perusahaan raksasa di sektor teknologi berhasil melesat dimpimpin oleh Netflix yang berhasil naik 11,61%, selama tahun berjalan sendiri perusahaan situs streaming on demand ini berhasil terbang 69,22%.

Hal ini wajar sebab menurut laporan perusahaan, selama terjadinya karantina wilayah karena pandemi virus Covid-19, Netflix berhasil mencatatkan kenaikan jumlah pendaftaran langganan jasa Netflix sebanyak 2 kali lipat.

Selanjutnya sentimen positif juga datang untuk Apple yang harga sahamnya berhasil naik 1,36% setelah selama tahun berjalan melonjak 72,34% setelah munculnya tanda-tanda peningkatan permintaan iPhone yang dapat menggunakan jaringan 5G yang akan dirilis Apple di akhir tahun ini.

Saham perusahaan sosial media Facebook juga berhasil terbang 8,22% menyentuh level tertinggi sepanjang masanya di level US$ 303,91/saham meskipun muncul ketakutan nantinya ketika Apple merilis iPhone 5G barunya nya kemampuan Facebook untuk mendorong iklan ke pengguna sosial media akan berkurang dan berpotensi memotong pendapatan iklan Facebook hingga 50%.

Selama setahun terakhir sendiri, meskipun serangan pandemi Covid-19 perusahaan-perusahaan teknologi besar ini berhasil bertahan. Rilis laporan keuangan kuartal kedua menunjukkan perusahaan-perusahaan ini bahkan mampu membukukan pertumbuhan pendapatan meskipun lebih pelan dibanding biasanya.

Berhasil bertahannya perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor teknologi ini menyebabkan investor memiliki keyakinan untuk memborong sahamnya yang tentunya menyebabkan harganya terapresiasi puluhan persen selama tahun berjalan.

Bahkan terdapat satu perusahan yang selama tahun berjalan berhasil terapresiasi ratusan persen. Adalah Tesla, saham perusahaan produsen mobil listrik yang berhasil terbang 414,7% selama tahun berjalan.

Berhasil melesatnya saham Tesla terjadi karena berberapa faktor, yang pertama sebentar lagi Tesla akan melakukan pemecahan saham alias stock split 1:5 yang artinya satu saham lama akan dipecah menjadi 5 saham baru.

Dengan dipecahnya saham Tesla maka saham tesla yang berada di kisaran US$ 2.153,17/saham dapat turun menjadi sekitar US$ 430/saham sehingga tentu saja akan lebih terjangkau untuk dibeli investor ritel.

Selanjutnya Tesla juga menjadi pemimpin dalam pengembangan teknologi kendaraan bermobil yang bisa menyetir dengan sendirinya, dari sekian banyak perusahaan besar yang sedang mengembangkan teknologi canggih ini.

Nantinya ketika sudah berhasil disempurnakan, Tesla rencananya akan menjual teknologi ini ke konsumen dengan sistem langganan alias subscription sehingga tentunya akan meningkatkan pemasukan perusahaan dari sisi recurring income atau pendapatan yang terus berulang.

Hal inilah yang menyebabkan valuasi Tesla dengan menggunakan metode Price Earning Ratio (PER) terlihat sangat tinggi yakni di angka 849,4 kali karena para investor sangat optimis bahwa sang CEO Elon Musk dapat menyempurnakan teknologi ini dalam waktu dekat.

Memang secara umum valuasi saham-saham di sektor teknologi terlihat sangat mahal secara konvensional dimana biasanya rule of thumb ketika PER suatu perusahaan berada di atas 20 kali maka perusahaan tersebut bisa dikatakan sudah tergolong mahal.

Akan tetapi tingginya PER di sektor teknologi menunjukkan bahwa ruang perusahaan tersebut untuk berekspansi masih sangat lebar dan investor optimis akan kesuksesan perusahaan-perusahaan tersebut dalam melebarkan sayapnya.

Sebagai contoh, Netflix yang diharga dengan PER sebesar 85,5 kali, setelah sukses di negara asalnya AS, mereka masih belum optimal dalam melebarkan sayapnya ke benua Asia. Bayangkan saja potensi pendapatan Netflix ketika sukses berekspansi di benua dengan penduduk terbesar di dunia ini dengan total penduduk 4,6 miliar jiwa.

Selain Netflix dan Tesla, saham Amazon juga memiliki PER yang tidak kalah tinggi yakni 121 kali, karena pada dasarnya ketika investor membeli saham di sektor teknologi maka PER yang investor beli bukanlah PER di saat ini tapi bisa dikatakan investor membeli prospek perusahaan di masa mendatang yang cerah karena perusahaan-perusahaan ini dapat berekspansi dengan bantuan teknologi lebih cepat daripada perusahaan konvensional.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Digitalisasi Picu Investor Ritel Domestik Bursa RI 'Meledak'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular