Saham Teknologi Diobral, Google Cs Boncos Rp 12.441 T

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
25 July 2024 15:25
Traders work on the floor at the New York Stock Exchange (NYSE) in New York City, U.S., November 12, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: Ekspresi Trader di lantai di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 12 November 2018. REUTERS / Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi jual di pasar saham Amerika Serikat meningkat pada hari Rabu (24/7). Dana ratusan miliar dolar keluar dari kelompok raksasa teknologi Magnificent Seven dan membuat Nasdaq Composite anjlok lebih dari 3% untuk pertama kalinya dalam 400 hari perdagangan terakhir.

Tujuh saham Magnificent Seven (Alphabet, Amazon, Apple, Meta Platforms, Microsoft, NVIDIA, dan Tesla) mencatatkan rekor kehilangan nilai pasar terbesar dalam satu hari usai hiruk-pikuk kecerdasan buatan membuat saham-saham tersebut  melesat ke level tertinggi pada paruh pertama tahun ini.

Mengutip The Wall Street Journal, investor tiba-tiba menjadi lebih skeptis terhadap potensi keuntungannya. Peluncuran robotaxi Tesla yang tertunda membuat saham miik Elon Musk tersebut merosot 12% yang ikut bergema ke seluruh sektor teknologi.

Pada perdagangan Rabu (24/7/2024), S&P 500 turun 2,3%, dan menjadi hari terburuknya sejak Desember 2022, sementara Dow Jones Industrial Average kehilangan 1,2%, atau 504 poin.

Sementara itu, Nasdaq yang didominasi oleh sektor teknologi jeblok 3,6% dan merupakan penurunan terbesar sejak Oktober 2022, ketika pejabat Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi.

Padahal, sebelumnya sejumlah saham telah naik signifikan hingga mencetak rekor tertinggi karena optimisme AI.

Kemudian laporan inflasi yang baik bulan ini meyakinkan banyak pedagang bahwa penurunan suku bunga akan segera terjadi. Hal itu memicu pergeseran uang ke sektor lain yang bisa menjadi rotasi pasar saham.

Laporan pendapatan yang mengecewakan dari Tesla dan Alphabet menjadi pemicu kebakaran yang mendorong setiap anggota Magnificent Seven ke zona merah.

Berdasarkan Dow Jones Market Data, saham-saham tersebut secara kolektif kehilangan nilai pasar sebesar US$ 768 miliar atau setara Rp 12.441 triliun (sumsi kurs Rp 16.200/US$), yang merupakan kerugian terbesar yang pernah tercatat sejak Meta Platforms menjadi perusahaan publik sebagai Facebook pada tahun 2012.

Pergeseran getaran pada hari Rabu merembes ke saham-saham yang terkait dengan rantai pasokan AI yang sedang berkembang untuk semikonduktor dan produk lainnya. Super Micro Computer turun 9,1%, sementara Broadcom turun 7,6%. Qualcomm dan Advanced Micro Devices masing-masing turun lebih dari 6%.

Padahal, kenaikan perusahaan-perusahaan teknologi tersebut selama 18 bulan terakhir telah melindungi indeks yang lebih luas dari industri lain yang berkinerja buruk. Namun, kemarin, dinamika tersebut berbalik sampai batas tertentu, dengan sektor utilitas, kebutuhan pokok konsumen, perawatan kesehatan, dan energi S&P 500 semuanya berakhir di zona hijau.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demam AI Bikin Nvidia Lewati Google, Segini Harta Kekayaan Pendirinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular