
Capex Merosot, Kurs Dolar Australia Menguat ke Rp 10.633

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (27/8/2020), melanjutkan penguatan dalam 2 hari terkhir. Mata Uang Kanguru bahkan saat data menunjukkan belanja modal (capital expenditure/capex) swasta di Australia merosot tajam.
Pada pukul 13:40 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.633,98, dolar Australia menguat 0,22% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Biro Statistik Australia hari ini melaporkan belanja modal di kuartal II-2020 merosot 5,9% quarter-to-quarter (QtQ). Capex Australia sudah mengalami penurunan dalam 6 kuartal beruntun, dan yang terakhir merupakan yang terburuk sejak kuartal III-2015.
Capex menjadi salah satu indikator kesehatan ekonomi, saat belanja modal merosot, artinya dunia usaha kurang optimis menatap perekonomian di masa yang akan datang.
Meski demikian, dolar Australia masih tetap perkasa. Analis dari Westpac, Bill Evans memprediksi penguatan dolar Australia hingga tahun depan melawan dolar Amerika Serikat (AS), ditopang oleh kenaikan harga bijih besi, komoditas ekspor utama Australia, serta dolar AS yang masih lemah.
Ketika dolar Australia mampu menguat melawan dolar AS, rupiah tentunya juga berisiko terpukul.
Evans melihat, dolar Australia yang saat ini di kisaran US$ 0,72 akan menguat ke US$ 0,75 di akhir tahun ini, dan mencapai US$ 0,8 di akhir tahun 2021. Fair value dolar Australia dikatakan berada di level US$ 0,78.
Ketika dolar Australia terus menguat, sementara pemulihan ekonomi Australia lebih lambat dari perkiraan, Evans menyebut hal tersebut akan menjadi ujian bagi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) apakah akan mempertimbangkan mengintervensi mata uangnya atau menerapkan suku bunga negatif.
Dolar Australia kini berada di dekat level tertinggi sejak November 2018 melawan rupiah, sementara melawan dolar AS di dekat level tertinggi sejak Februari 2019.
Dolar Australia mulai dalam tren menguat sejak pertengahan Maret lalu, hingga hari ini tercatat sudah menguat sekitar 20% melawan rupiah dan sekitar 25% melawan dolar AS.
Salah satu pemicu penguatan tersebut yakni RBA yang tidak mempermasalahkan posisi nilai tukar dolar Australia juga membuat harganya makin melambung.
Pada 22 Juli lalu, nilai tukar dolar Australia melawan dolar AS berada di atas US$ 0,7. Gubernur Lowe saat berbicara di hari itu mengatakan posisi nilai tukar dolar Australia sudah sesuai dengan fundamentalnya.
Nilai tukar dolar Australia dikatakan sesuai dengan fundamentalnya, artinya RBA tidak mengharapkan dolar Australia akan melemah untuk membantu perekonomian.
Tetapi ketika mata uangnya terus menguat tentunya akan menjadi masalah bagi perekonomian Australia, harga produk ekspor menjadi lebih mahal dan permintaan berisiko menurun.
Jika hal tersebut terjadi, maka seperti yang disebutkan Evans ada kemungkinan RBA akan melakukan intervensi untuk melemahkan kurs dolar Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah
