
AS-China Pake Ribut-ribut Segala Sih! Rupiah Jadi Lemah Kan..

Sebenarnya Dolar AS masih dalam kondisi tertekan. Pada pukul 09:20 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,1%.
Dalam sebulan terakhir, Dollar Index terkoreksi 0,83%. Lebih parah lagi selama tiga bulan ke belakang, sudah ambles 5,55%.
Investor sedang dalam masa penantian. Malam nanti waktu Indonesia, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menggelar simposium tahunan. Biasanya acara ini dihelat di Kota Jackson Hole (Wyoming), tetapi karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terpaksa dilangsungkan secara daring.
Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mengubah sistem target inflasi. Selama ini inflasi ditargetkan 2% dalam jangka menengah-panjang, tetapi dalam kondisi saat ini sepertinya target tersebut menjadi kurang relevan.
"Mungkin The Fed akan mengubah target menjadi rata-rata, bukan angka pasti seperti 2%. Artinya, kemungkinan suku bunga rendah akan bertahan dalam waktu yang cukup lama," kata Raffi Boyadjian, Senior Investment Analyst di XM, seperti dikutip dari Reuters.
Pada Juli 2020, inflasi AS tercatat 1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Selama lima tahun terakhir, hanya empat bulan inflasi (yang diukur dari Personal Consumption Expenditure/PCE inti) menyentuh 2%.
Dengan penyesuaian target inflasi, The Fed seakan mengakui bahwa sulit mencapai target 2%. Upaya penyesuaian membuktikan bahwa ke depan tekanan inflasi di Negeri Paman Sam masih sangat minim.
Oleh karena itu, kebutuhan untuk menaikkan suku bunga belum mendesak. Suku bunga rendah sepertinya masih akan ada untuk beberapa waktu ke depan.
Artinya, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) menjadi kurang menguntungkan. Permintaan dolar AS masih akan sedikit sehingga nilai tukarnya sulit menguat.
(aji/aji)
