Jangan Salah! Investasi Dolar Kalah Untung dari Simpan Rupiah

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
26 August 2020 17:55
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 mengubah semua hal salah satunya perekonomian. Hal ini mau tidak mau membuat investor ritel harus mengkaji ulang portofolio yang dimiliki.

Head of Trading, Treasury and Markets, PT Bank DBS Indonesia, Ronny Setiawan mengatakan ada tiga kelas investasi yang biasa dilakukan oleh investor ritel yaitu investasi saham, dolar dan emas.

Dia menyebut dari ketiga instrumen tersebut, banyak yang beranggapan bahwa mata uang rupiah terpantau terus melemah. Hal ini yang membuat seolah-olah menyimpan Dolar lebih menguntungkan.

"Orang menganggap rupiah melemah terus ini yang salah. Yang harus dilihat return, berapa bunga rupiah dan berapa bunga dolar," ujarnya saat DBS eTalk Series "Finding Opportunities Amidst Ongoing Economic Recovery and Sustainable Consumerism" di Jakarta, Rabu (26/8/2020).

Dia mengatakan, untuk simpanan dalam bentuk dolar tak akan ada bunga yang diperoleh alias nol persen. Namun sebaliknya jika menyimpan mata uang dalam bentuk rupiah.

"Tapi kalau di rupiah bisa deposito, 7%. Average 10 tahun 3,98%. Jadi kita lihat, rupiah 3,98% interest 6-7% long term masih better pegang rupiah," tegasnya.

Terkait dengan pelemahan rupiah yang sempat menyentuh level tertinggi mencapai Rp 16 ribu pada Maret, dia menyebut itu hanya sementara. Sebab, setelah itu rupiah pelan-pelan menguat. Bahkan dia memperkirakan rupiah bisa turun ke Rp 14 ribu hingga akhir tahun.

"Ada something going on, dollar tetep akan melemah. Opportunity lebih ada di rupiah," pungkasnya.

Sementara itu, nilai tukar rupiah berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (26/8/2020), padahal di pembukaan pagi tadi menguat cukup tajam. Dengan demikian, rupiah menghentikan laju penguatan di angka 3 hari beruntun. Dolar AS mampu bangkit hari ini jelang pidato ketua bank sentral AS, Jerome Powell, Kamis besok.

Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,41% ke Rp 14.550/US$ begitu perdagangan dibuka. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat intraday, penguatan rupiah perlahan terkikis hingga berbalik melemah 0,34% ke Rp 14.690/US$. Di penutupan pasar, rupiah berada di level Rp 14.670/US$, melemah 0,2%.

Meski pelemahan rupiah tak begitu besar tetapi cukup membuatnya menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penutupan Pasar: Rupiah Tertekan Cuma 5 Poin ke Rp 14.295/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular