
Dapat "Beking" Jerome Powell, Dolar AS Hajar Balik Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (26/8/2020), padahal di pembukaan pagi tadi menguat cukup tajam. Dengan demikian, rupiah menghentikan laju penguatan di angka 3 hari beruntun. Dolar AS mampu bangkit hari ini jelang pidato ketua bank sentral AS, Jerome Powell, Kamis besok.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,41% ke Rp 14.550/US$ begitu perdagangan dibuka. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat intraday, penguatan rupiah perlahan terkikis hingga berbalik melemah 0,34% ke Rp 14.690/US$. Di penutupan pasar, rupiah berada di level Rp 14.670/US$, melemah 0,2%.
Meski pelemahan rupiah tak begitu besar tetapi cukup membuatnya menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:06 WIB.
Mata Uang | Kurs Terakhir | Perubahan |
USD/CNY | 6,8953 | -0,24% |
USD/IDR | 14.670 | 0,20% |
USD/INR | 74,335 | 0,18% |
USD/JPY | 106,27 | -0,08% |
USD/KRW | 1.186,39 | -0,08% |
USD/MYR | 4,1680 | 0,05% |
USD/PHP | 48,525 | -0,03% |
USD/SGD | 1,3681 | 0,02% |
USD/THB | 31,33 | -0,38% |
USD/TWD | 29,358 | 0,00% |
Sebelum hari ini, rupiah berhasil mencatat penguatan tiga hari beruntun, dan menjadi yang terbaik di Asia. Selama periode tersebut, rupiah berhasil menguat 1,42%. Penguatan yang cukup besar, ditambah dengan kembali melesat saat pembukaan perdagangan tadi, tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah melemah.
Mata uang Garuda mendapat momentum penguatan sejak pekan lalu dari menipisnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD serta Bank Indonesia yang memberikan sinyal tidak akan memangkas suku bunga lagi.
Kemudian sejak awal pekan ini, hawa positif datang dari membaiknya sentimen pelaku pasar.
Membaiknya sentimen pelaku pasar tercermin dari penguatan bursa saham global, hal ini dipicu oleh bursa saham AS (Wall Street) yang mecetak rekor tertinggi sepanjang masa di hari Senin waktu setempat.
Selasa kemarin, indeks S&P 500 dan Nasdaq kembali mencetak rekor tertinggi, yang menjadi indikasi sentimen pelaku pasar masih bagus. Terbukti, rupiah langsung menguat di awal perdagangan, meski akhirnya mengendur.
