
Emas Tetap Ambles Saat Dolar AS Melemah, Pertanda Apa Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terus menurun dalam 4 hari terakhir, termasuk pada hari ini Rabu (26/8/2020), yang melemah 0,7% ke US$ 1.914,47/troy ons pada pukul 14:05 WIB. Jika melihat lebih ke belakang, emas sudah melemah sejak 2 pekan lalu. Yang menarik, di saat yang sama indeks dolar Amerika Serikat (AS) juga mengalami penurunan.
Indeks dolar AS mulai dalam tren menurun sejak bulan Juli, di saat yang sama harga emas mulai dalam bergerak naik dan melesat hingga berkali-kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Sepanjang bulan Juli, indeks dolar AS merosot 4,15% sebaliknya emas melesat 10,9%. Ambrolnya indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini memang menjadi pemicu harga emas terus melesat hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.
Memang emas sudah mulai menguat sejak virus corona menyerang bumi ini, negara-negara masuk ke jurang resesi, dan bank sentral di berbagai negara bertindak agresif dengan menurunkan suku bunga dan menerapkan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE). Faktor-faktor tersebut menjadi modal kuat bagi emas untuk terus bergerak naik, tetapi pemicu terakhir terbangnya harga emas adalah ambrolnya indeks dolar AS.
Emas dan dolar AS merupakan 2 aset yang unik, keduanya adalah "teman" sekaligus menjadi "lawan".
"Teman" karena keduanya sama-sama menyandang status aset aman (safe haven). Saat kondisi perekonomian global menurun atau terjadi gejolak di pasar finansial maupun dari sisi geopolitik, keduanya akan menjadi target investasi sehingga nilainya sama-sama menguat.
"Lawan", dalam hal ini karena emas dunia dibanderol dengan dolar AS. Ketika dolar AS sedang murah atau sedang nyungsep, maka harga emas dunia akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan berpotensi meningkat, harganya pun melesat. Dengan kata lain, pergerakan emas dunia dan dolar AS akan berlawanan arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Grafik di atas menunjukkan pergerakan emas (garis oranye) dan indeks dolar AS (garis ungu) yang berlawan arah. Grafik tersebut mempertegas ambrolnya dolar AS menjadi pemicu penguatan harga emas.
Tetapi dalam 2 pekan terakhir, kedua aset ini bergerak searah. Harga emas dunia ambles 5,9% sejak 10 Agustus hingga hari ini, sementara indeks dolar AS melemah 0,35%.
Seperti disebutkan sebelumnya, emas dan dolar AS merupakan "teman" sekaligus "lawan", ketika mereka menjadi "teman" maka pergerakannya akan searah.
Bursa saham AS (Wall Street) berada dalam tren menanjak, dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Itu artinya, daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven) menjadi memudar, dan harganya pun menurun. Investor kini lebih memburu saham yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.
Di saat yang sama, dolar AS yang juga aset safe haven juga ikut tertekan. Tekanan bagi the greenback juga datang dari ekspektasi pemulihan ekonomi AS akan lebih lambat ketimbang negara-negara lain, khususnya negara Eropa.
