Emas Tetap Ambles Saat Dolar AS Melemah, Pertanda Apa Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 August 2020 15:47
Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terus menurun dalam 4 hari terakhir, termasuk pada hari ini Rabu (26/8/2020), yang melemah 0,7% ke US$ 1.914,47/troy ons pada pukul 14:05 WIB. Jika melihat lebih ke belakang, emas sudah melemah sejak 2 pekan lalu. Yang menarik, di saat yang sama indeks dolar Amerika Serikat (AS) juga mengalami penurunan.

Indeks dolar AS mulai dalam tren menurun sejak bulan Juli, di saat yang sama harga emas mulai dalam bergerak naik dan melesat hingga berkali-kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Sepanjang bulan Juli, indeks dolar AS merosot 4,15% sebaliknya emas melesat 10,9%. Ambrolnya indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini memang menjadi pemicu harga emas terus melesat hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.

Memang emas sudah mulai menguat sejak virus corona menyerang bumi ini, negara-negara masuk ke jurang resesi, dan bank sentral di berbagai negara bertindak agresif dengan menurunkan suku bunga dan menerapkan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE). Faktor-faktor tersebut menjadi modal kuat bagi emas untuk terus bergerak naik, tetapi pemicu terakhir terbangnya harga emas adalah ambrolnya indeks dolar AS.

Emas dan dolar AS merupakan 2 aset yang unik, keduanya adalah "teman" sekaligus menjadi "lawan".

"Teman" karena keduanya sama-sama menyandang status aset aman (safe haven). Saat kondisi perekonomian global menurun atau terjadi gejolak di pasar finansial maupun dari sisi geopolitik, keduanya akan menjadi target investasi sehingga nilainya sama-sama menguat.

"Lawan", dalam hal ini karena emas dunia dibanderol dengan dolar AS. Ketika dolar AS sedang murah atau sedang nyungsep, maka harga emas dunia akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan berpotensi meningkat, harganya pun melesat. Dengan kata lain, pergerakan emas dunia dan dolar AS akan berlawanan arah.

xauGrafik: Emas (Garis Oranye) & Indeks dolar AS (Garis Ungu) 
Foto: Refinitiv

Grafik di atas menunjukkan pergerakan emas (garis oranye) dan indeks dolar AS (garis ungu) yang berlawan arah. Grafik tersebut mempertegas ambrolnya dolar AS menjadi pemicu penguatan harga emas.

Tetapi dalam 2 pekan terakhir, kedua aset ini bergerak searah. Harga emas dunia ambles 5,9% sejak 10 Agustus hingga hari ini, sementara indeks dolar AS melemah 0,35%.

Seperti disebutkan sebelumnya, emas dan dolar AS merupakan "teman" sekaligus "lawan", ketika mereka menjadi "teman" maka pergerakannya akan searah.

Bursa saham AS (Wall Street) berada dalam tren menanjak, dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Itu artinya, daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven) menjadi memudar, dan harganya pun menurun. Investor kini lebih memburu saham yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Di saat yang sama, dolar AS yang juga aset safe haven juga ikut tertekan. Tekanan bagi the greenback juga datang dari ekspektasi pemulihan ekonomi AS akan lebih lambat ketimbang negara-negara lain, khususnya negara Eropa.

Sejak mencapai level tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu, harga emas mulai merosot. Sempat menguat lagi ke atas US$ US$ 2.000/troy ons pada 18 Agustus lalu, tetapi "dibanting" turun lagi.

Fakta emas terlihat kesulitan kembali ke atas US$ 2.000/troy ons membuatnya diramal memasuki fase konsolidasi, alias bergerak bolak balik dalam suatu rentang tertentu. Bahkan penurunan harga emas diramal masih bisa berlanjut lagi.

Analis dari TD Securities, Daniel Ghali, melihat penurunan harga emas akan mencapai 17% atau sekitar US$ 300, melihat momentum penguatan emas mulai memudar. Meski demikian, Ghali menyatakan saat koreksi selesai, maka harga emas akan kembali melesat.

Jangan syok dulu melihat harga emas merosot hingga 17%, sebab berkaca dari sejarah 2011 ketika emas mencapai rekor tertinggi sepanjang masa dan kesulitan kembali menguat harganya akhirnya ambles lebih dari 45%.

Pada 6 September 2011, harga emas dunia mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920.3/troy ons, sebelum kembali pecah pada hari ini.

Kabar buruknya hari itu juga emas langsung ambrol, dan terus berlanjut hingga menyentuh level US$ 1,534,49/troy ons pada 26 September, atau minus 20,09%. Setelahnya emas memang bangkit kembali tetapi tidak pernah mampu kembali ke atas US$ 1.800/troy ons.

Pergerakan emas tersebut mirip dengan tahun ini, sejak mencapai rekor tertinggi US$ 2.072,49/troy ons, emas langsung balik merosot. 3 hari setelahnya, emas menyentuh level US$ 1.863,66, ambles lebih dari 10%.

xauFoto: Refinitiv
xau

Balik lagi ke tahun 2011, setelah gagal kembali ke atas US$ 1.800/troy ons, emas akhirnya memulai tren penurunan sejak Oktober 2012.
Dalam tren penurunan tersebut, titik terendah yang dicapai yakni US$ 1.045,85/troy ons pada 3 Desember 2015.

Artinya, jika dilihat dari rekor tertinggi hingga ke level terendah tersebut, harga emas dunia ambrol 45,54% dalam tempo 4 tahun.

Jika sejarah tersebut berulang, setidaknya pergerakan saat ini sudah sangat mirip, emas hingga saat ini belum mampu kembali ke atas US$ 2.000/troy ons. Sehingga ada risiko amblesnya harga emas di depan mata.

Virus corona akan menjadi kunci apakah emas pada akhirnya akan ambles atau kembali terbang tinggi. Sebab, resesi, hingga kebijakan suku bunga rendah dan QE yang terjadi saat ini merupakan dampak "turunan" dari virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut.

Jika virus corona berhasil diredam bahkan dilenyapkan, perekonomian AS dan global tentunya perlahan akan bangkit. Bank sentral tentunya akan mulai melakukan normalisasi kebijakan. Maka Bersiap, risiko kemerosotan emas bisa terulang lagi.

Tetapi sebaliknya, jika virus corona masih "menghantui" dunia hingga tahun depan, harga emas dunia berpotensi kembali terbang tinggi, sebab QE kemungkinan akan dipertahankan dalam waktu yang panjang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular