Emas Tetap Ambles Saat Dolar AS Melemah, Pertanda Apa Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 August 2020 15:47
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Sejak mencapai level tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu, harga emas mulai merosot. Sempat menguat lagi ke atas US$ US$ 2.000/troy ons pada 18 Agustus lalu, tetapi "dibanting" turun lagi.

Fakta emas terlihat kesulitan kembali ke atas US$ 2.000/troy ons membuatnya diramal memasuki fase konsolidasi, alias bergerak bolak balik dalam suatu rentang tertentu. Bahkan penurunan harga emas diramal masih bisa berlanjut lagi.

Analis dari TD Securities, Daniel Ghali, melihat penurunan harga emas akan mencapai 17% atau sekitar US$ 300, melihat momentum penguatan emas mulai memudar. Meski demikian, Ghali menyatakan saat koreksi selesai, maka harga emas akan kembali melesat.

Jangan syok dulu melihat harga emas merosot hingga 17%, sebab berkaca dari sejarah 2011 ketika emas mencapai rekor tertinggi sepanjang masa dan kesulitan kembali menguat harganya akhirnya ambles lebih dari 45%.

Pada 6 September 2011, harga emas dunia mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920.3/troy ons, sebelum kembali pecah pada hari ini.

Kabar buruknya hari itu juga emas langsung ambrol, dan terus berlanjut hingga menyentuh level US$ 1,534,49/troy ons pada 26 September, atau minus 20,09%. Setelahnya emas memang bangkit kembali tetapi tidak pernah mampu kembali ke atas US$ 1.800/troy ons.

Pergerakan emas tersebut mirip dengan tahun ini, sejak mencapai rekor tertinggi US$ 2.072,49/troy ons, emas langsung balik merosot. 3 hari setelahnya, emas menyentuh level US$ 1.863,66, ambles lebih dari 10%.

xauFoto: Refinitiv
xau

Balik lagi ke tahun 2011, setelah gagal kembali ke atas US$ 1.800/troy ons, emas akhirnya memulai tren penurunan sejak Oktober 2012.
Dalam tren penurunan tersebut, titik terendah yang dicapai yakni US$ 1.045,85/troy ons pada 3 Desember 2015.

Artinya, jika dilihat dari rekor tertinggi hingga ke level terendah tersebut, harga emas dunia ambrol 45,54% dalam tempo 4 tahun.

Jika sejarah tersebut berulang, setidaknya pergerakan saat ini sudah sangat mirip, emas hingga saat ini belum mampu kembali ke atas US$ 2.000/troy ons. Sehingga ada risiko amblesnya harga emas di depan mata.

Virus corona akan menjadi kunci apakah emas pada akhirnya akan ambles atau kembali terbang tinggi. Sebab, resesi, hingga kebijakan suku bunga rendah dan QE yang terjadi saat ini merupakan dampak "turunan" dari virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut.

Jika virus corona berhasil diredam bahkan dilenyapkan, perekonomian AS dan global tentunya perlahan akan bangkit. Bank sentral tentunya akan mulai melakukan normalisasi kebijakan. Maka Bersiap, risiko kemerosotan emas bisa terulang lagi.

Tetapi sebaliknya, jika virus corona masih "menghantui" dunia hingga tahun depan, harga emas dunia berpotensi kembali terbang tinggi, sebab QE kemungkinan akan dipertahankan dalam waktu yang panjang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular