
Rugi Hampir Rp 100 M, Blue Bird Negosiasi Utang ke Kreditor

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pengelola taksi, PT Blue Bird Tbk (BIRD), berencana menempuh kesepakatan dengan para kreditor untuk memperoleh relaksasi dalam pembayaran pokok utang di tengah dampak pandemi Covid-19 yang menurunkan kinerja bisnis sektor transportasi termasuk bisnis perusahaan.
Jusuf Salman, Corporate Secretary BIRD, mengatakan dampak pandemi Covid-19 juga terasa bagi perusahaan, terutama dalam hal pemenuhan kewajiban pokok utang.
Dia menjelaskan dalam surat kepada BEI, bahwa nilai utang jangka pendek BIRD mencapai Rp 484.592.534.412 atau Rp 484,59 miliar.
"Ya, berdampak pada pemenuhan kewajiban pokok utang saja," katanya dalam keterbukaan informasi di BEI, Rabu (18/8).
Dengan kondisi ini, perseroan akan melakukan beberapa strategi, di antaranya mengadakan kesepakatan dengan para kreditur untuk memperoleh relaksasi dalam pembayaran pokok utang dan menciptakan peluang bisnis baru selain bisnis yang sudah ada.
"Selain itu juga menempuh langkah efisiensi di berbagai lini operasi perseroan," katanya.
Berdasarkan data laporan keuangan per Juni 2020, total kewajiban BIRD mencapai Rp 2,32 triliun dari periode Desember 2019 yakni sebesar Rp 2,02 triliun.
Dari jumlah tersebut terbagi atas liabilitas jangka pendek sebesar Rp 627,94 miliar dari Desember 2019 yakni Rp 753,52 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 1,69 triliun dari Desember 2019 yakni Rp 1,26 triliun.
Adapun khusus utang bank jangka panjang, setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun nilainya mencapai Rp 1,12 triliun dari posisi Desember 2019 sebesar Rp 649,19 miliar.
Perseroan mencatatkan rugi bersih selama semester I-2020 mencapai Rp 93,67 miliar dibandingkan dengan periode semester I tahun sebelumnya yakni masih mencatat laba bersih Rp 158,37 miliar.
Kerugian ini diderita perusahaan di tengah masih terjadinya pandemi Covid-19 yang menghantam sektor transportasi pada umumnya, baik darat, laut, dan udara, serta kereta api.
Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, pendapatan perusahaan taksi yang dipimpin oleh Dirut Noni Sri Ayati Purnomo ini mencapai Rp 1,15 triliun, turun 40% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,91 triliun.
Sebagai perbandingan, pada kuartal I-2020, BIRD masih membukukan laba, hanya saja turun cukup signifikan pada periode 3 bulan tersebut. Laba perusahaan taksi berlogo burung terbang tersebut drop 84,52% menjadi Rp 13,74 miliar dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 88,75 miliar.
Manajemen BIRD, dalam keterbukaan informasi di BEI, menyebutkan dampak Covid-19 membuat perseroan memprediksi laba tahun ini terkoreksi sekitar 75%.
"Perseroan juga melakukan penutupan sementara layanan JAC dan Big Bird Shuttle Jakarta Bandung, perseroan mengalami penurunan revenue dari Airport dan Cititrans, dan menutup sebagian pool," tulis manajemen BIRD.
Namun dalam keterbukaan terbaru, yang dipublikasikan pada 13 Agustus, BIRD menyatakan layanan JAC dan Big Bird Shuttle Jakarta Bandung sudah mulai beroperasi dengan kapasitas terbatas.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dihantam Corona, Blue Bird Cetak Rugi Rp 94 M di Semester I