Tadi Hijau Sekarang Merah! Kamu Maunya Apa Sih, Rupiah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2020 10:14
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Namun mengapa rupiah masih saja lesu? Kemungkinan faktor domestik menjadi pemberat langkah rupiah menuju zona hijau.

Besok, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021 kepada parlemen. Investor tentu ingin mengetahui bagaimana arah kebijakan fiskal tahun depan. Apakah masih ekspansif seperti 2020, atau mulai ada konsolidasi?

Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) yang menjadi kerangka penyusunan RAPBN 2021, pemerintah mengindikasikan defisit anggaran akan ada di 5,2% dari PDB. Lebih rendah ketimbang perkiraan tahun ini yang mencapai 6,34% PDB.

Jadi walau tema besar RAPBN 2021 masih seputar pemulihan ekonomi dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tetapi kemungkinan skalanya tidak semasif 2020. Ini akan mempengaruhi seberapa besar dukungan pemerintah terhadap sektor riil dan rumah tangga hingga penerbitan obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN).

Sembari menunggu kepastian soal postur kebijakan fiskal 2021, investor memilih menonton dari pinggir lapangan. Pelaku pasar belum bersedia turun gelanggang sampai ada kejelasan.

Sikap wait and see ini membuat rupiah kekurangan tenaga karena arus modal masuk yang terbatas. Hasilnya jelas, rupiah kembali menapaki jalur merah.

Kemudian, pelaku pasar juga menantikan pengumuman dari Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. Hari ini adalah batas waktu pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi di ibu kota setelah sebelumnya diperpanjang 14 hari.

Hingga saat ini, kasus corona di Jakarta masih tinggi. Per 11 Agutsus 2020, jumlah pasien positif corona tercatat 26.642 orang. Bertambah 462 orang (1,77%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (29 Juli-11 Agustus), pasien positif corona bertambah rata-rata 473,5 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 352,21 orang per hari.


Oleh karena itu, kemungkinan besar Gubernur Anies dan kolega akan kembali memperpanjang PSBB Transisi. Artinya, pembukaan aktivitas ekonomi belum bisa lebih lebar lagi. Misalnya pengunjung restoran dan pusat perbelanjaan tetap dibatasi maksimal 50% dari kapasitas.

"Insya Allah diperpanjang, karena masih cukup tinggi angkanya. Akan diperketat, perkantoran, rumah sakit, semualah. Tempat umum ditingkatkan," kata Ahmad Riza Patria, Wakil Gubernur Jakarta.

Jika reopening aktivitas publik belum bisa lebih lebar lagi, maka aktivitas ekonomi di Jakarta masih relatif terbatas. Sementara Jakarta adalah kontributor utama dalam perekonomian nasional. Jadi kalau denyut nadi ekonomi Jakarta masih pelan, maka akan mempengaruhi seluruh Indonesia Raya.

growthBadan Pusat Statistik DKI Jakarta

Artinya, prospek ekonomi Indonesia masih akan diliputi ketidakpastian. Sampai kuartal II-2020 Indonesia memang masih bisa menghindari resesi. Namun kalau aktivitas warga terus-menerus terbatas, maka bukan mustahil Indonesia bakal masuk kurang resesi karena kontraksi ekonomi pada kuartal III-2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular