Harga Minyak Turun, Laba Saudi Aramco Anjlok 73,4% di Q2-2020

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
09 August 2020 15:34
A Saudi stock market official smiles as he watches the stock market screen displaying Saudi Arabia's state-owned oil company Aramco after the debut of Aramco's initial public offering (IPO) on the Riyadh's stock market in Riyadh, Saudi Arabia, Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Amr Nabil)
Foto: Saudi Aramco (AP Photo/Amr Nabil)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saudi Aramco melaporkan penurunan laba bersih sebesar 73,4% pada kuartal kedua. Penurunan ini diakibatkan harga minyak mentah yang lebih rendah, serta penurunan margin penyulingan dan bahan kimia akibat pandemi global virus corona (Covid-19).

Sebagaimana dilaporkan dari Reuters, laba bersih raksasa minyak dunia asal Arab Saudi ini turun menjadi 24,6 miliar riyal (sekitar Rp 96,5 triliun, asumsi Rp 3.923/riyal) untuk triwulan hingga 30 Juni, dari 92,6 miliar riyal (Rp 363 triliun) setahun sebelumnya.

Penurunan perusahaan minyak milik negara yang dilaporkan pada Minggu (9/8/2020) ini juga lebih tajam dibandingkan perkiraan para analis. Analis sebelumnya memperkirakan laba bersih 31,3 miliar riyal pada kuartal kedua, menurut estimasi rata-rata dari tiga analis yang disediakan oleh Refinitiv.

Seminggu yang lalu, Saudi Aramco juga dikalahkan oleh Apple sebagai perusahaan publik kuat dan paling bernilai di dunia dengan laporan pendapatan pendapatan perusahaan yang kuat pada penutupan pasar Jumat (31/7/2020) kemarin, sebagaimana dikutip dari CNBC Internasional.

Saham Apple ditutup naik 10,47%, dengan valuasi pasar sebesar US$ 1,84 triliun. Sementara itu, Saudi Aramco yang sudah menjadi perusahaan publik terbesar dan paling bernilai sejak debut pasarnya tahun lalu kini valuasi pasarnya berada di posisi US$ 1,76 triliun pada penutupan terakhir saat itu.

Padahal pada Juli lalu, Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) Saudi Aramco, Amin Nasser meyakini permintaan minyak dunia akan mulai pulih pada paruh kedua tahun ini, sebab penguncian wilayah atau lockdown dalam mengatasi virus corona perlahan-lahan mereda di sejumlah negara konsumen minyak dunia.

"[Kondisi] yang terburuk [sudah] berada di belakang kita," kata Nasser kepada Vice Chairman IHS Markit, Dan Yergin di acara CERAWeek Conversations yang diadakan secara online pada hari Selasa (30/6/2020), dilansir CNBC International.

"Saya sangat optimistis [soal minyak] di paruh kedua tahun ini," tambahnya. Dia merujuk pada sentimen baiknya data dari China, yang merupakan salah satu konsumer minyak terbesar dunia. Data di China menunjukkan permintaan bensin dan diesel sudah mulai stabil dengan jumlah yang mendekat level sebelum Covid-19.

Kasus corona global per Minggu sendiri sudah mencapai 19.811.790 kasus terjangkit, dengan 729.661 kasus kematian, dan 12.726.156 pasien berhasil sembuh sejauh ini. Sedangkan Arab Saudi memiliki 287.262 kasus, dengan 3.130 kematian, dan 250.440 pasien pulih, berdasarkan data Worldometers.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca Laba Anjlok, CEO Aramco Yakin Harga Minyak Kembali Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular