
Pasca Laba Anjlok, CEO Aramco Yakin Harga Minyak Kembali Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Laba Saudi Aramco, perusahaan milik negara Arab Saudi, anjlok 73% pada kuartal kedua tahun ini. Kinerja buruk perusahaan terjadi akibat penurunan permintaan energi dan harga minyak dunia yang terdampak krisis virus corona (COVID-19).
Selain eksportir minyak terbesar dunia itu, perusahaan minyak besar dunia lainnya juga terpukul pada kuartal kedua akibat langkah penguncian (lockdown) yang telah diberlakukan banyak negara dunia demi menekan penyebaran wabah COVID-19.
Aramco yang telah mendaftarkan sahamnya di Bursa Riyadh tahun lalu, mengatakan penyebaran cepat COVID-19 secara global telah secara signifikan mengurangi permintaan minyak mentah, gas alam, dan produk minyak bumi.
"Krisis COVID-19 tidak seperti yang dialami dunia dalam sejarah baru-baru ini dan kami beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang sangat kompleks dan cepat berubah," kata CEO Amin Nasser dalam sebuah pernyataan, Minggu (9/8/2020).
"Kami melihat pemulihan parsial di pasar energi karena negara-negara di seluruh dunia mengambil langkah-langkah untuk melonggarkan pembatasan dan memulai kembali ekonomi mereka," tambah Nasser.
Aramco melaporkan penurunan 73,4% dalam laba bersih kuartal kedua, penurunan yang lebih tajam dari perkiraan analis. Perusahaan juga mengatakan pihaknya memperkirakan belanja modal untuk tahun 2020 berada di ujung bawah kisaran US$ 25 miliar hingga US$ 30 miliar.
Laba bersih turun menjadi 24,6 miliar riyal (US$ 6,57 miliar) untuk triwulan hingga 30 Juni dari 92,6 miliar riyal setahun sebelumnya.
Analis sebelumnya memperkirakan laba bersih sebesar 31,3 miliar riyal pada kuartal kedua, menurut perkiraan rata-rata dari tiga analis, yang disediakan oleh Refinitiv.
"Angka Aramco sehat dibandingkan dengan rekan global lainnya," kata Mazen al-Sudairi, kepala penelitian di Al Rajhi Capital, mengutip Reuters. "Ini adalah kuartal terburuk dalam sejarah modern industri minyak, dan bertahan dengan angka yang sehat menunjukkan prospek yang sangat positif."
Meski laporan labanya kurang memuaskan, namun perusahaan publik paling berharga kedua di dunia setelah Apple itu, mengatakan akan tetap membagikan dividen sebesar US$ 18,75 miliar untuk kuartal kedua tahun ini. Perusahaan telah berencana untuk membagikan dividen dasar sebesar US$ 75 miliar untuk tahun 2020.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Turun, Laba Saudi Aramco Anjlok 73,4% di Q2-2020