RI Resesi Teknikal, 14 Perusahaan Siap IPO tapi Kelas "Teri"

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
07 August 2020 09:48
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Walau dihadapi bayang-bayang resesi ekonomi, perusahaan yang menghimpun pendanaan di pasar modal masih cukup signifikan.

Bursa Efek Indonesia mencatat, ada 14 perusahaan yang ada di dalam pipeline yang siap mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO).

Sejak awal tahun sampai 6 Agustus 2020, ada 34 perusahaan yang sudah melantai di bursa dengan nilai penghimpunan dana sebesar Rp 3,98 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia merinci, dari keempat belas perusahaan tersebut, 4 perusahaan dari dari sektor perdagangan, jasa dan investasi.

Ada empat perusahaan lainnya dari sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan, dua perusahaan dari sektor industri barang konsumsi.

Lalu empat calon emiten lainnya merupakan perusahaan yang bergerak pada sektor perkebunan, aneka industri, infrastruktur, utilitas dan transportasi serta keuangan.

"Dari keseluruhan jumlah pipeline yang merencanakan tercatat di tahun 2020 tersebut, jumlah proceed belum dapat disampaikan karena masih dalam proses penentuan harga saham," kata Nyoman kepada awak media di Jakarta, Jumat (7/8/2020).

Pada Kamis kemarin, perusahaan yang bergerak di industri mainan anak-anak, PT Sunindo Adipersada Tbk (TOYS) menjadi emiten ke-34 yang tercatat di tahun 2020.

Sunindo Adipersada melepas sebanyak 425 juta lembar saham baru kepada publik atau setara 29,62% saham dengan harga penawaran umum (initial public offering), Rp 350 per saham. Dengan demikian, dari aksi korporasi ini, perseroan meraup dana segar Rp 148,75 miliar.

Minim IPO Jumbo

Head of Equity Research BNI Sekuritas, Kim Kwie Sjamsudin menuturkan, perusahaan yang melangsungkan IPO dengan emisi jumbo kemungkinan akan ditunda ke tahun depan mempertimbangkan kondisi pasar saham yang masih berfluktuasi.

"Sekarang ini kemungkikan besar akan ditunda ke tahun depan, kita melihat prospek pasar saham Indonesia jauh lebih bagus di tahun depan," kata Kim, belum lama ini.

Kim menilai, risk appetite investor di tahun depan juga akan lebih baik sejalan dengan pengembangan vaksin Covid-19 yang sudah mulai dilakukan uji klinis oleh PT Bio Farma (Persero). Vaksin akan menjadi sentimen positif bagi pasar.

"Tentunya IPO besar, kemungkinan harus ditunda sampai tahun depan di mana kalau sudah ketemu vaksin, risk appetite investor akan jauh lebih meningkat," katanya.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resmi Listing, Nusantara Sawit Sejahtera Dibuka Menguat 6,35%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular