Diblacklist Amerika, Startup China Ini Mau IPO di Shanghai

Monica Wareza, CNBC Indonesia
31 July 2020 19:53
A man walks past an electric screen showing Japan's Nikkei and Shanghai Stock Exchange markets' indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, July 1, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Shanghai Stock Exchange ( REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Startup artificial intelligence (AI) China, SenseTime berencana untuk melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di pasar STAR, China. Perusahaan ini memiliki valuasi senilai US$ 10 miliar (Rp 146 triliun, asumsi kurs Rp 14.600/US$) dari penggalangan terbarunya belum lama ini.

Dilansir dari Reuters, perusahaan ini beberapa pekan lalu telah melakukan diskusi dengan pihak regulator di China untuk melakukan listing di Shanghai. Meski demikian, sumber ini mengatakan bahwa rencana ini masih sangat awal, belum dipastikan berapa besar saham yang akan dilepas dan jadwal pelaksanaannya.

Namun demikian, dari penggalangan dana terakhir yang dilakukan perusahaan diperkirakan akan memperoleh dana segar dari investor senilai US$ 1,5 miliar (Rp 21,9 triliun).

Ketika dikonfirmasi Reuters, baik pihak SenseTime dan The China Securities Regulatory Commission masih memberikan komentar.

Rencana IPO ini sudah disampaikan pihak perusahaan sejak 2017 lalu. Saat itu Tang Xiaoou, Pendiri SenseTime membidik untuk tercatat di Amerika Serikat, Hong Kong atau China.

Namun tampaknya rencana pencatatan di Amerika sudah pupus mengingat pada Oktober 2019 lalu perusahaan ini masuk dalam daftar hitam Amerika akibat perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China.

Dua orang sumber mengatakan bahwa akan sulit bagi perusahaan untuk mencatatkan sahamnya di luar negeri karena investor global dan investment banker cenderung untuk menghindari untuk berinvestasi pada perusahaan yang telah menjadi target Amerika.

SenseTime merupakan satu dari delapan perusahaan teknologi yang di-blacklist Amerika. Perusahaan yang memiliki bisnis pengenalan wajah, analisis video dan autonomous driving disebut-sebut ikut serta dalam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) atas kelompok muslim minoritas di China.

"SenseTime mengatakan pada saat itu bahwa pihaknya sangat menentang larangan AS dan akan bekerja dengan otoritas terkait untuk menyelesaikan situasi," tulis Reuters, dilansir Jumat (31/7/2020).

Tahun lalu perusahaan ini membidik pertumbuhan pendapatan 2019 bisa tumbuh hingga 200% year on year (YoY) menjadi US$ 750 juta.

SenseTime memiliki investor dari perusahaan-perusahaan terkenal dunia, seperti Qualcomm Ventures yang merupakan investor strategisnya. Selain itu juga terdapat SoftBank, HOPU Investment Management Company, Silver Lake Partners dan Alibaba.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Emiten Baru Ini Juga Boncos di Hari Pertama Melantai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular