
Rupiah dkk Bikin Dolar AS Babak Belur, Ini Penyebabnya!

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah mencatat penguatan 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (5/8/2020), padahal data menunjukkan perekonomian Indonesia nyungsep tajam di kuartal II-2020.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di level Rp 14.520/US$ menguat 0,21% di pasar spot. Apresiasi rupiah bertambah besar hingga 0,38% ke Rp 14.495/US$, yang menjadi level terkuat intraday. Setelahnya penguatan rupiah terpangkas, hingga mengakhiri perdagangan di level Rp 14.520/US$, menguat 0,21%.
Tidak hanya rupiah, semua mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS pada hari ini. Artinya masalah ada di Negeri Paman Sam. Hingga pukul 15:20 WIB, ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan kinerja terbaik dengan penguatan 0,55%, sementara penguatan peso Filipina yang terendah sebesar 0,12%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning.
Dolar AS babak belur, tetapi jika melihat ke belakang kinerja dolar AS sudah merosot sejak bulan lalu. Indeks dolar AS sepanjang bulan lalu merosot lebih dari 4% hingga menyentuh level terendah 2 tahun.
Sore ini, indeks yang menjadi tolak ukur kekuatan dolar AS kembali melemah 0,35% dan berada di level 93,059.
Amerika Serikat yang diramal tertinggal dalam pemulihan ekonomi yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19 membuat dolar AS tertekan.
Kamis pekan lalu, PDB AS kuartal II-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 32,9%. Kontraksi tersebut menjadi yang paling parah sepanjang sejarah AS.
Di kuartal I-2020, perekonomiannya mengalami kontraksi 5%, sehingga sah mengalami resesi.
Bukan hanya resesi yang membuat dolar AS kurang tenaga, pemulihan ekonomi yang terancam sangat lambat akibat kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang terus menanjak di AS.
Apalagi stimulus berupa bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi para korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebesar US$ 600/pekan sudah habis masa berlakunya pada akhir pekan lalu. Paket stimulus selanjutnya masih belum ada kejelasan, pembahasannya masih macet di Kongres (Parlemen) AS.
Partai Republik di House of Representatives (salah satu dari dua kamar parlemen di AS) mengajukan proposal stimulus senilai US$ 1 triliun. Namun hingga saat ini belum ada kata sepakat. Bahkan terjadi penolakan di internal Republik sendiri, karena total stimulus yang mencapai US$ 3 triliun dinilai sudah terlalu banyak.
BLT bagi para korban PHK menjadi sangat penting, karena dapat meningkatkan konsumsi. Dan belanja rumah tangga merupakan tulang punggung perekonomian AS, yang berkontribusi sekitar 70% terhadap produk domestic bruto (PDB).
"Kegagalan mencapai kesepakatan paket stimulus telah menekan dolar AS. Jadi, jika mereka (Kongres AS) dalam beberapa hari ke depan, maka dolar AS akan rebound. Tapi, saya pikir dolar AS masih akan lemah di sisa tahun ini" kata Imre Speizer, analis mata uang di Westpac Auckland, sebagaimana dilansir CNBC International.
