Rupiah dkk Bikin Dolar AS Babak Belur, Ini Penyebabnya!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 August 2020 16:54
money changer
Foto: REUTERS/Johannes P. Christo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mencatat penguatan 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (5/8/2020), padahal data menunjukkan perekonomian Indonesia nyungsep tajam di kuartal II-2020.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di level Rp 14.520/US$ menguat 0,21% di pasar spot. Apresiasi rupiah bertambah besar hingga 0,38% ke Rp 14.495/US$, yang menjadi level terkuat intraday. Setelahnya penguatan rupiah terpangkas, hingga mengakhiri perdagangan di level Rp 14.520/US$, menguat 0,21%.

Tidak hanya rupiah, semua mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS pada hari ini. Artinya masalah ada di Negeri Paman Sam. Hingga pukul 15:20 WIB, ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan kinerja terbaik dengan penguatan 0,55%, sementara penguatan peso Filipina yang terendah sebesar 0,12%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning.


Dolar AS babak belur, tetapi jika melihat ke belakang kinerja dolar AS sudah merosot sejak bulan lalu. Indeks dolar AS sepanjang bulan lalu merosot lebih dari 4% hingga menyentuh level terendah 2 tahun.

Sore ini, indeks yang menjadi tolak ukur kekuatan dolar AS kembali melemah 0,35% dan berada di level 93,059.

Amerika Serikat yang diramal tertinggal dalam pemulihan ekonomi yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19 membuat dolar AS tertekan.
Kamis pekan lalu, PDB AS kuartal II-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 32,9%. Kontraksi tersebut menjadi yang paling parah sepanjang sejarah AS.
Di kuartal I-2020, perekonomiannya mengalami kontraksi 5%, sehingga sah mengalami resesi.

Bukan hanya resesi yang membuat dolar AS kurang tenaga, pemulihan ekonomi yang terancam sangat lambat akibat kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang terus menanjak di AS.

Apalagi stimulus berupa bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi para korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebesar US$ 600/pekan sudah habis masa berlakunya pada akhir pekan lalu. Paket stimulus selanjutnya masih belum ada kejelasan, pembahasannya masih macet di Kongres (Parlemen) AS.

Partai Republik di House of Representatives (salah satu dari dua kamar parlemen di AS) mengajukan proposal stimulus senilai US$ 1 triliun. Namun hingga saat ini belum ada kata sepakat. Bahkan terjadi penolakan di internal Republik sendiri, karena total stimulus yang mencapai US$ 3 triliun dinilai sudah terlalu banyak.

BLT bagi para korban PHK menjadi sangat penting, karena dapat meningkatkan konsumsi. Dan belanja rumah tangga merupakan tulang punggung perekonomian AS, yang berkontribusi sekitar 70% terhadap produk domestic bruto (PDB).

"Kegagalan mencapai kesepakatan paket stimulus telah menekan dolar AS. Jadi, jika mereka (Kongres AS) dalam beberapa hari ke depan, maka dolar AS akan rebound. Tapi, saya pikir dolar AS masih akan lemah di sisa tahun ini" kata Imre Speizer, analis mata uang di Westpac Auckland, sebagaimana dilansir CNBC International.

Pintu gerbang Indonesia menuju resesi telah terbuka. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka output perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II-2020. Seperti yang sudah diduga, terjadi kontraksi alias pertumbuhan negatif.

Kepala BPS, Suhariyanto, menyebutkan PDB Indonesia periode April-Juni 2020 terkontraksi -5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).

"Terjadi kontraksi dalam, PDB Q1 kita sudah turun dalam meski year-on-year masih positif. Dan PDB kuartal II kontraksi negatif 5,32% (year-on-year)," kata Suhariyanto.

PDB tersebut merupakan yang terburuk sejak kuartal I-1999.

Sementara dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ), PDB kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi -4,19%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi Tanah Air terkontraksi -4,53% YoY dan -2,89% QtQ. Untuk keseluruhan 2020
Untuk diketahui, suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB tumbuh negatif 2 kuartal beruntun secara YoY, sementara jika negatif 2 kuartal beruntun secara QtQ disebut sebagai resesi teknikal.

PDB -5,32% YoY di kuartal II-2020, menjadi gerbang menuju gerbang resesi, dan jika PDB kembali negatif di kuartal III-2020, maka Indonesia akan resmi memasuki resesi.

Kemungkinan terjadinya resesi di Indonesia masih cukup besar, sebab Kamis pekan lalu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kembali memperpanjang Pembasatan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi. selama 2 pekan hingga 13 Agustus mendatang.

PSSB transisi yang terus diperpanjang tersebut berisiko membuat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dan lama. Dengan perpanjangan tersebut artinya separuh kuartal III-2020 masih terjadi PSBB transisi, maka ada risiko pertumbuhan ekonomi minus, seperti yang diramal oleh Bank Dunia dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020, dengan judul The Long Road to Recovery.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia

Meski demikian, rupiah masih tetap perkasa melawan dolar AS. PBD negatif di kuartal II-2020 sepertinya sudah diantisipasi oleh pelaku pasar. Di sisi lain, kondisi dolar AS juga kurang bagus.


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular