RI Terancam Resesi, Ini Kekhawatiran Pelaku Pasar Modal

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
04 August 2020 14:23
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pelaku pasar saat ini sedang menanti dirilisnya data pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal kedua yang sudah diperkirakan akan tertekan cukup dalam. Pasalnya, kebijakan pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas ekonomi lumpuh, tak bergerak.

Kebijakan yang senada juga diterapkan di hampir semua negara untuk mencegah penularan virus Corona tipe baru. Sebagai dampaknya, beberapa negara sudah mengonfirmasi terjadinya resesi, alias pertumbuhan ekonomi yang minus dalam kuartal secara berturut-turut sebagaimana yang sudah terjadi di Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Korea Selatan, Hong Kong dan Singapura.

Head of Research PT Samuel Sekuritas, Suria Dharma menyampaikan, pelaku pasar saat ini sedang menantikan rilis pertumbuhan ekonomi kuartal kedua yang diperkirakan akan minus di atas 5%. Beriringan dengan hal tersebut, kinerja emiten di Bursa Efek Indonesia juga akan turut mengalami tekanan.

"Kinerja emiten yang jeblok di kuartal II-2020 sudah diprediksi sebelumnya," kata Suria Dharma, kepada CNBC Indonesia, Selasa (4/8/2020).

Equity Analyst PT Phillip Sekuritas, Anugerah Zamzami Nasr juga memperkirakan, penurunan pertumbuhan PDB Indonesia di kuartal kedua diperkirakan akan turun lebih dalam dari ekspektasi pasar. Ini memberikan tekanan kepada pasar saham karena pemulihan ekonomi nasional akan memakan waktu lebih lama lagi.

"Sehingga dikhawatirkan recovery akan lebih lama, apalagi PSBB transisi Jakarta diperpanjang lagi bersamaan dengan peningkatan kasus harian juga di ibu kota," kata Zamzami.

Adapun, beberapa sektor yang diperkirakan masih berkinerja cukup baik di kuartal kedua adalah emiten di sektor telekomunikasi, consumer dan pertanian. "Konstruksi, property, retail masih berat," paparnya lagi.

Sementara itu, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo tidak menampik, pasar saham masih dibayangi tekanan akibat kekhawatiran terjadinya resesi di beberapa negara akibat pandemi Covid-19. Tekanan ini kemarin sempat menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan turun 4% dalam sehari dan investor melakukan aksi jual lebih dari Rp 1 triliun.

"Iya [pasar mengkhawatirkan sentimen resesi yang sudah terjadi]. Concern mengenai kemungkinan resesi di kawasan Asean," kata dia kepada CNBC Indonesia.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ternyata Ini yang Jadi Penyebab Pasar Modal RI Kian Stabil

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular