Catat! 8 Faktor Ini Bikin Asing Kabur Rp 1,4 T & IHSG Rontok

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
04 August 2020 05:53
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pertama bulan Agustus, Senin kemarin (3/8/20) ditutup ambles ke zona merah dengan penurunan 2,78% di level 5.006,22. Padahal indeks acuan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sempat melaju ke level tertinggi harian 5.157.

Data perdagangan BEI mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 1,44 triliun di pasar reguler dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 10,93 triliun. Terpantau hanya 54 saham yang naik, 401 turun, dan sisanya 129 stagnan.

Saham yang paling banyak dilego asing kemarin adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan jual bersih sebesar Rp 80 miliar, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang dilepas sebanyak Rp 268 miliar, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 593 miliar.

Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan beli bersih sebesar Rp 39 miliar dan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 6 miliar.

Terakhir kali IHSG jatuh sampai 4% dalam sehari terjadi pada Pada 23 Maret 2020 lalu, di mana IHSG anjlok 4,90%.

Kepala Riset PT Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy berpendapat, IHSG terkoreksi cukup dalam hari ini sebagai akumulasi dari beberapa sentimen negatif di pasar global, regional maupun domestik.

Pertama, mengenai wacana Presiden AS Donald Trump yang akan menunda pemilu AS. "Ini dapat meningkatkan ketidakpastian politik global," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (3/8/2020).

Kedua, pembahasan stimulus lanjutan yang masih alot di kongres AS. Katalis negatif ketiga, selanjutnya adalah penyebaran Covid-19 yang terus bertambah di beberapa negara dan memasuki gelombang kedua dan ketiga.

Menurut data John Hopkins University, hingga Senin, 3 Agustus, virus Corona tipe baru sudah menginfeksi 18,09 juta orang di 188 negara dan menewaskan 689.000 orang. AS masih memimpin negara terbanyak dengan jumlah kasus positif sebanyak 4,66 juta.

Katalis keempat, kata Yanuar, pasar cukup tertekan akibat sentimen beberapa perusahaan yang sudah merilis kinerja keuangan di kuartal kedua. "Kinerja keuangan emiten domestik anjlok di kuartal dua," katanya.

Sementara itu, Equity Analyst PT Phillip Sekuritas, Anugerah Zamzami Nasr berpendapat soal katalis kelima yang menjadi tekanan IHSG. Tekanan IHSG menurut dia lebih disebabkan oleh kekhawatiran akan penurunan pertumbuhan PDB Indonesia di kuartal kedua yang diperkirakan akan turun lebih dalam dari ekspektasi pasar.

RI akan mengumumkan data PDB kuartal II-2020 pada Rabu 5 Agustus 2020. "Sehingga dikhawatirkan recovery akan lebih lama, apalagi PSBB transisi Jakarta diperpanjang lagi bersamaan dengan peningkatan kasus harian juga di ibu kota," tandasnya.

Di sisi lain, Tim Riset CNBC Indonesia, memandang katalis negatif keenam yang menjadi penekan IHSG ialah resesi yang dialami negara-negara maju di dunia yang berimbas pada kekhawatiran pertumbuhan ekonomi nasional.

Saat bursa RI libur bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, saat itu sejumlah data ekonomi global pun dirilis, salah satunya Pemerintah Jerman yang mengonfirmasi ekonomi Negeri Panzer ini mengalami resesi. Negara ini kembali mencatat kontraksi pada ekonominya di kuartal-II 2020. Secara tahunan (YoY) ekonomi Jerman, 11,7% setelah sebelumnya di kuartal I 2020, ekonomi Jerman tercatat minus 2,3%.

Selanjutnya ekonomi Amerika Serikat (AS) juga terkoreksi cukup dalam pada kuartal II-2020 yang menyebabkan AS resmi masuk ke jurang resesi.

PDB negeri Paman Sam tersebut anjlok negatif 32,9% pada periode April hingga Juni 2020 kemarin. Pada kuartal I-2020 PDB AS juga telah terkontraksi minus 5%.

Dari dalam negeri, sentimen data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menjadi katalis negatif ketujuh. Rilis data BPS belum bersahabat dan menunjukkan bahwa Indonesia mengalami deflasi 0,1% secara bulanan pada Juli 2020. Data ini memberi konfirmasi bahwa daya beli dan konsumsi masyarakat sedang bermasalah.

Dengan deflasi 0,1%, maka inflasi tahun kalender 2020 belum menyentuh 1%, tepatnya 0,98%. Sedangkan inflasi tahunan berada di 1,54%, terendah sejak tahun 2000.

Sentimen kedelapan ialah lockdown dari Manila, Filipina. Presiden Rodrigo Duterte memutuskan untuk kembali menerapkan karantina wilayah (lockdown) di Manila Raya dan provinsi-provinsi di sekitarnya seperti Laguna, Cavite, Rizal, dan Bulacan.

Ini dilakukan karena terjadi lonjakan kasus virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Kini, jumlah pasien positif corona di Filipina sudah lebih dari 100.000 orang dan wilayah Manila menjadi zona merah.

Lockdown, yang dalam istilah setempat disebut Modified Enhanced Community Quarantine (MECQ), rencananya akan berlaku hingga 18 Agustus. Duterte memutuskan kembali menerapkan MECQ setelah mendapat desakan dari para petugas medis.

Pada Minggu, Filipina mencatatkan 5.032 kasus corona baru sehingga total pasien positif corona menjadi 103.185. Dari jumlah tersebut, 2.059 orang meninggal dunia.

Seperti di Filipina, perkembangan kasus corona di Indonesia pun mengkhawatirkan. Per 2 Agustus, jumlah pasien positif corona di Ibu Pertiwi adalah 111.455 orang. Bertambah 1.519 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (20 Juli-2 Agustus), rata-rata pasien baru di Indonesia bertambah 1,83% per hari. Sementara di Filipina adalah 3,09% per hari.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Drop 2% Lebih, Asing Kompak Lepas 5 Saham Unggulan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular