
Eropa Memang Benua Biru, Tapi Bursa Sahamnya Merah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Eropa bergerak melemah pada awal perdagangan hari ini. Pandemi virus corona (Coronvirus Disease-2019/Covid-19) dan peningkatan tensi Amerika Seriikat (AS)-China membuat investor memilih wait and see.
Pada Senin (27/7/2020) pukul 14:23 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Eropa:
Penyebaran virus corona masih menjadi perhatian utama pelaku pasar. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di Eropa per 26 Juni adalah 3.216.335 orang. Bertambah 20.287 orang dibandingkan sehari sebelumnya.
Lonjakan kasus corona di Eropa membuat pemerintahan di sejumlah negara kembali mengetatkan pembatasan sosial (social distancing). Misalnya, pemerintah Inggris menetapkan perintah karantina dua minggu bagi turis yang baru tiba dari Spanyol.
Inggris menyusul langkah Norwegia yang telah melakukan kebijakan serupa. Pekan lalu, pemerintah Norwegia memutuskan bahwa pelancong yang baru tiba dari Spanyol wajib menjalani karantina mandiri selama 10 hari. Pemerintah Norwegia juga menyarankan warganya untuk tidak mengunjungi daerah Katalunya, yang menjadi hotspot penyebaran virus corona.
Social distancing yang mulai ketat lagi membuat prospek pemulihan ekonomi menjadi samar-samar. Aktivitas masyarakat bakal kembali terbatas sehingga roda ekonomi tidak bisa berputar.
"Keputusan ini adalah bencana bagi pemulihan (ekonomi). Tidak ada cara lain untuk melihatnya," tegas Angel Tavares, Kepala Studi Eropa di Exford Economics, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, pelaku pasar juga mencemaskan hubungan AS-China yang semakin memburuk. Washington memerintahkan Beijing untuk menutup konsulat jenderal mereka di Kota Houston, Negara Bagian Texas. Tidak mau kalah, China pun menyuruh AS menutup kantor konsulat jenderal di Chengdu, Provinsi Sichuan.
"Kementerian Luar Negeri China telah menginformasikan kepada Kedutaan Besar AS untuk menutup dan menghentikan operasional konsulat jenderal di Chengdu. Kementerian juga telah menyusun langkah-langkah untuk menghentikan seluruh operasional konsulat jenderal," sebut keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri China.
Dengan wabah virus corona yang masih 'menggila', dunia tentu tidak ingin ada tambahan masalah. Ketegangan hubungan AS-China bukannya membantu malah membuat situasi semakin runyam. Kian banyak masalah yang kudu diselesaikan, dunia tidak bisa fokus untuk mengatasi pandemi virus corona kalau AS-China terus gontok-gontokan.
"Mungkin ketegangan ini karena musim Pemilu di AS. Apa pun itu, semua orang berkepentingan agar masalah ini selesai. Ini tidak baik untuk kita, tidak bagus untuk semua," tegas Teresa Jacobsen, Direktur Pelaksana UBS Private Wealth Management yang berbasis di Connecticut, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Bursa Eropa Tetap Tegar