
Bersiap Jadi Saksi Sejarah! Harga Emas di Atas US$ 1.900

Sebelum hubungan AS-China memanas, "tangki bensin" emas memang sudah sedang penuh, sehingga peluang mencetak rekor tertinggi terbuka lebar. Seperti disebutkan sebelumnya, pandemi Covid-19 membuat dunia terancam mengalami resesi, membuat permintaan emas meningkat.
Untuk membangkitkan lagi perekonomian, bank sentral berbagai negara menggelontorkan stimulus moneter, suku bunga dipangkas habis di negara-negara maju, dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) digelontorkan dengan nilai jumbo.
Akibatnya, jumlah uang yang beredar di perekonomian akan melimpah sehingga berpotensi memicu kenaikan inflasi. Emas lagi-lagi diuntungkan dengan kondisi tersebut.
Kemudian, indeks dolar AS yang belakangan ini terus merosot. Hari ini indeks tersebut berada d level 94,588 yang merupakan level terendah dalam 2 tahun terakhir. sejak September 2018. Indeks ini dibentuk dari 6 mata uang utama, dan kerap dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Amblesnya indeks dolar AS disebabkan oleh euro. Mata uang 19 negara ini belakangan terus melesat naik. Kala mata uang 19 negara ini menguat tajam, indeks dolar pun tertekan. Euro merupakan merupakan satu dari enam mata uang yang membentuk indeks dolar, bahkan kontribusinya paling besar yakni sebesar 57,6%.
Emas dapat keuntungan lagi. Dibanderol dengan dolar AS, harga logam mulia akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain kala the greenback melemah. Permintaan emas berpotensi meningkat, sehingga "tangki bensin" emas untuk memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa sedang full, tinggal seberapa kencang emas bakalan ngegas.
Mengutip Kitco News Analis dari Citigorup Inc. mengatakan, emas akan memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa dalam tempo 6 sampai 9 bulan ke depan. Dan ada peluang sebesar 30% emas akan melewati level US$ 2.000/troy ons dalam 3 sampai 6 bulan setelahnya.
Melihat emas yang sudah berada di atas US$ 1.900/troy ons, target emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa sepertinya akan tercapai dalam hitungan hari, dan tidak menutup kemungkinan hari ini.
Emas diprediksi terbang jauh lebih tinggi lagi. Sementara itu Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi pada tahun depan, dan jangka panjang emas akan mencapai US$ 4.000/troy ons.
Ramalan paling ekstrem datang dari Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capita, yang memprediksi emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons.
"The Fed (bank sentral AS), seperti yang ada ketahui, melakukan aksi pembelian aset uang masif akibat situasi yang disebabkan virus corona, oleh karena itu harga ekuilibrium emas juga naik dengan sepadan, harga emas yang seimbang dengan balance sheet The Fed kini sangat tinggi," kata Olivier, sebagaimana dilansir Kitco.
Nilai aset yang dibeli The Fed bisa dilihat dari Balance Sheet. Semakin banyak jumlah aset yang dibeli, maka Balance Sheet The Fed akan semakin besar.
Pada periode 2008-2014 saat The Fed melakukan QE untuk guna memacu perekonomian akibat krisis finansial, nilai Balance Sheet The Fed mencapai US$ 4,5 triliun.
Kini, kebijakan yang sama diterapkan oleh The Fed, sang ketua Jerome Powell bahkan mengatakan akan melakukan QE berapa pun nilainya selama diperlukan oleh perekonomian. Saat ini, Balance Sheet The Fed sudah mencapai US$ 7,14 triliun, dan kemungkinan masih akan terus meningkat.
"Perkiraan saya sudah berubah, saya sekarang melihat harga emas bisa ke US$ 10.000/troy ons," tambahnya.
Sayangnya, Olivier tidak menyebutkan dalam rentang waktu berada lama emas akan mencapai level US$ 10.000/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
