
Reli Tak Terbendung Lagi, Harga CPO Mudah Terpangkas

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli harga minyak sawit mentah (CPO) kembali tak terbendung. Pada perdagangan Jumat (24/7/2020) harga CPO untuk kontrak pengiriman Oktober melesat ke atas RM 2.700/ton.
Pada 10.27 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia Derivatif naik 0,7% ke RM 2.727/ton. Jika sampai dengan penutupan harga tetap bertahan di level ini, maka akan menjadi harga tertinggi sejak 11 Februari lalu.
Reli harga CPO yang terjadi tak terlepas dari fenomen La Nina yang menyebabkan banjir di sentra produksi sawit seperti Kalimantan. Akibatnya ancaman penurunan produksi meningkat dan harga pun melesat.
Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) mengatakan pada hari Rabu fenomena La Nina membawa cuaca yang lebih basah dari normal ke Indonesia dan Malaysia dan dapat menekan produksi tanaman.
CPOPC memperkirakan produksi minyak sawit mentah Indonesia pada tahun 2020 akan menjadi 1-2 juta ton di bawah tahun lalu 44 juta ton, sementara output di Malaysia diperkirakan turun 4,3% menjadi 19 juta ton.
Namun kenaikan harga yang signifikan ini dinilai rawan terkoreksi. Dua analis industri terkemuka mengatakan kepada Reuters harga minyak sawit akan turun pada kuartal keempat karena tingkat produksi dan persediaan yang lebih tinggi.
Puncak output telah bergeser ke kuartal keempat karena hujan lebat di Indonesia, kata James Fry, ketua konsultasi LMC International, menambahkan bahwa ia memperkirakan stok yang lebih tinggi menjelang akhir tahun.
"Kecuali Anda merasa sangat bullish tentang Brent, harga minyak sawit mentah saat ini tidak dapat dipertahankan menuju kuartal keempat, ketika saham akan berada di puncak musiman mereka," kata Fry.
Harga minyak sawit terkait dengan pasar minyak mentah karena meningkatnya penggunaan komoditas dalam membuat bahan bakar terbarukan, kata para analis. Harga minyak mentah telah turun tajam tahun ini karena penurunan permintaan yang disebabkan oleh pandemi coronavirus.
Fry mengatakan dia sekarang memperkirakan tingkat persediaan puncak di Malaysia mendekati 2,9 juta ton, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 3 juta ton, karena kenaikan permintaan setelah pelonggaran pembatasan yang dipicu oleh virus corona di beberapa negara.
Analis Dorab Mistry mengatakan harga dapat dipertahankan jika harga minyak mentah naik, tetapi fundamental umumnya bearish untuk minyak sawit pada kuartal terakhir.
"Jika minyak mentah Brent, di sisi lain, tetap sekitar US$ 42 per barel dan produksi kelapa sawit mengikuti tren musiman yang biasa untuk Q4, maka harga kelapa sawit saat ini terlalu tinggi dan perlu turun." kata Dorab Mistry
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga CPO & Emas Kompak Menguat