Newsletter

Nasib IHSG Hari Ini, Resesi Korea Selatan vs Vaksin Bio Farma

Tri Putra, CNBC Indonesia
23 July 2020 06:06
Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (22/7/20) terpaksa di tutup di zona merah dengan penurunan 0,09% di level 5.110,18.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 145 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 8,2 triliun.

Dari dalam negeri sentimen negatif muncul setelah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi sepanjang semester I-2020 sebesar Rp 402,6 triliun. Di mana realisasi penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp 195,6 triliun.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan realisasi PMA sepanjang semester I -2020 turun 8,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 212,8 triliun.

Dibandingkan dengan realisasi PMA pada Semester I-2020, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) justru meningkat 13,2% dibandingkan realisasi Semester I-2019. Di mana realisasi PMDN Semester I-2020 sebesar Rp 207 triliun dan realisasi Semester II-2019 mencapai Rp 182,8 triliun.

Meskipun IHSG turun akan tetapi nilai tukar rupiah berhasil menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (22/7/2020) melanjutkan kinerja positif Selasa kemarin. Sentimen pelaku pasar yang membaik merespon perkembangan vaksin virus corona membuat rupiah kembali perkasa.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuat perdagangan dengan menguat 0,54% ke Rp 14.600/US$, sayangnya level tersebut sekaligus menjadi yang terkuat hari ini. Setelahnya penguatan rupiah terpangkas meski masih bertahan di zona hijau.

Di akhir perdagangan, rupiah berada di level Rp 14.630/US$, menguat 0,34% di pasar spot.

Dari dalam negeri, Presiden Joko Widodo melalui akun Twitternya mengungkapkan bahwa Indonesia akan segera menggelar uji coba vaksin tahap ketiga. Jika berhasil, maka Bio Farma akan memproduksi vaksin dengan kapasitas 100 juta dosis per tahun.

Pengumuman tersebut memberikan harapan virus corona akan berhasil diredam, hidup kembali normal, dan roda perekonomian kembali berputar.

Kemarin, Holding BUMN farmasi, PT Bio Farma (Persero) menyatakan telah menyiapkan fasilitas produksi untuk memulai memproduksi vaksin Covid-19 yang akan dimulai pada kuartal I-2020, dengan catatan jika vaksin tersebut dinyatakan lolos uji klinis tahap ketiga.

Uji klinis tahap ketiga ini dilakukan di dalam negeri dan akan mulai pada Agustus 2020 mendatang. Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan perusahaan telah menyiapkan kapasitas produksi maksimal 250 juta dosis. Produksi akan mulai dilakukan 6 bulan setelah vaksin mulai diujikan kepada sampel.

"Apabila uji klinis vaksin Covid-19 tahap 3 lancar, maka Bio Farma akan memproduksinya pada Q1-2021 mendatang, dan kami sudah mempersiapkan fasilitas produksinya di Bio Farma, dengan kapasitas produksi maksimal di 250 juta dosis," kata Honesti dalam keterangannya, dikutip Selasa (21/7/2020).

Dari bursa acuan dunia, Wall Street kompak ditutup menghijau pada penutupan dini hari tadi. Dow Jones berhasil terapresiasi 0,61%, S&P 200 naik 0,58% dan Indeks Nasdaq terbang 0,24%.

Kenaikan ini disokong oleh saham di sektor teknologi dan konsumer yang, dua sektor yang tergolong kuat menahan pandemi corona di tengah semakin meningkatnya tensi antara AS-China.

Kenaikan ini sendiri terjadi meskipun di tengah tingginya tensi perang dagang antara AS dan China di tengah suksesnya perlambatan penyebaran virus corona secara global.

Pemerintah AS memerintahkan untuk menutup konsulat China di Houston dengan alasan keamanan, sebagai balasan China akan menutup konsulat AS di Wuhan.

Meningkatnya tensi AS dan China menambah kekhawatiran di Wall Street, kasus positif AS di China sendiri sudah hampir menembus 4 juta pasien yaitu yang terbanyak di dunia dengan total konfirmasi kasus positif sebanyak 3,9 juta.

Peningkatan kasus yang paling besar terjadi setelah terjadinya kasus penyebaran corona di Texas, Arizona, Florida, dan California, yang berhasil melewati kasus New York sebagai negara bagian dengan kasus corona terbanyak di AS.

Meningkatnya kasus ini menyebabkan beberapa negara bagian membatalkan niatnya untuk membuka kembali perekonomian secara normal, yang menyebabkan ketakutan nantinya pemulihan ekonomi AS akan berlangsung lambat.

Sentimen yang akan dipantau perlaku pasar utamanya datang dari Benua Kuning karena hari ini Korea Selatan akan merilis data GDP kuartal keduanya, catatan GDP kuartal pertama Negeri Ginseng secara QoQ sudah terkontraksi 1,3%.

Artinya apabila penurunan GDP pada kuartal kedua sesuai dengan konsensus yang meramalkan akan terjadi pertumbuhan negatif sebesar 2,3% maka Korea Selatan resmi masuk ke jurang resesi pertama sejak 2003.

Sementara dari negeri Paman Sam data mingguan mengenai petroleum AS memperlihatkan rapuhnya pemulihan ekonomi yang ditunjukkan oleh stok minyak mentah yang kembali meningkat, yang memunculkan ketakutan turunya kembali permintaan minyak mentah yang tentunya akan berdampak pada harganya.

Sementara itu industri perumahan tempat tinggal AS menunjukkan tanda-tanda perlemahan setelah kasus corona meningkat lagi yang menyebabkan berberapa negara bagian mengurungkan niatnya untuk membuka kembali perekonomian secara normal.

Rumah tinggal tersedia meningkat 20,7% di bulan Juni dari bulan sebelumnya, yakni peningkatan bulanan terbesar dalam sejarah, walaupun angka ini masih dibawah konsensus yang meramalkan akan meningkat 24,5%.

Selanjutnya pemimpin GOP di Senat AS mempertimbangkan untuk memperpanjang bantuan untuk pengangguran yang terdampak pandemi virus corona, meskipun jumlahnya turun menjadi US$ 400 per minggu turun dari US$ 600, banyak yang berargumen bahwa bantuan ini, di tambah bantuan untuk pengangguran lainya adalah membuat masyarakat menjadi malas untuk kembali bekerja.

Data mengenai jumlah warga AS yang akan menerima bantuan ini sendiri akan kembali dirilis. Dengan tren penguatan sejak Maret silam ketika pandemi menyebabkan warga AS banyak yang di PHK, pada bulan ini diperkirakan tetap tinggi yaitu sebesar 10 juta penduduk, level ini sendiri pernah terjadi saat Perang Dunia Kedua baru saja usai.

Presiden AS Donald Trump mengingatkan bahwa pandemi kemungkinan bakal "memburuk sebelum kemudian membaik." "Itu sesuatu yang saya tak suka katakan tapi memang demikianlah adanya, itulah yang kita hadapi," tuturnya dalam konferensi pers di Gedung Putih.

Nampaknya Trump sudah mulai serius menghadapi virus corona setelah sebelumnya menganggap enteng virus ini dengan menyebut menggunakan masker akan mengirimkan sinyal negatif ke pendukungnya sekarang Trump malah menyarankan seluruh warganya untuk mengenakan masker.

Bahkan pemerintah ASmengizinkanmembayar Pfizer senilai US$ 1,95 miliar untuk memproduksi 100 juta dosis vaksin virus corona jika terbukti aman dan efektif. AS bisa menambah 500 juta dosis jika diperlukan.

"Biasanya, perlu satu dekade untuk menciptakan vaksin baru melalui beberapa tahap pengembangan dan pengujian. Namun, urgensi pandemi.. berujung pada mobilisasi sumber dana medis global yang jarang terlihat dalam sejarah manusia," tutur Ed Yardeni, Direktur Investasi Yardeni Research, dalam laporan risetnya yang dikutip CNBC International.

Berikut sejumlah rilis data yang terjadwal untuk hari ini.

  • Produk Domestik Bruto Korea Selatan Bulan Kuartal Kedua (6:00 WIB)
  • Indeks harga Produsen Singapura Bulan Juni (12:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Kuartal I-2020 YoY)

2,97%

Inflasi (Juni 2020 YoY)

1,96%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Juni 2020)

4,00%

Surplus/defisit anggaran (Perpres No 54/2020)

-5,07% PDB

Surplus/defisit transaksi berjalan (Kuartal I-2020)

-1,42% PDB

Cadangan devisa (Juni 2020)

US$ 131,72 miliar

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular