Internasional

Awas, Ada Peringatan dari Bursa Saham China

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
22 July 2020 11:46
People walk by an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Tuesday, Dec. 3, 2019. Asian shares slipped Tuesday, following a drop on Wall Street amid pessimism over U.S.-China trade tensions. (AP Photo/Koji Sasahara)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC IndonesiaPasar saham China baru-baru ini mencatatkan kenaikan yang tajam. Namun, analis memperingatkan bahwa kenaikan itu mungkin berisiko karena didorong oleh upaya investor ritel yang terlibat dalam perdagangan yang 'berbahaya'.

Pada dua minggu pertama Juli ini, pasar saham China daratan telah mencatatkan kenaikan yang signifikan. Di mana indeks komposit Shanghai telah melonjak sebesar 14%. Indeks CSI 300 meroket lebih dari 20%, dan komposit Shenzhen juga melesat 17%.

Menurut analis, kenaikan itu ditopang oleh praktik perdagangan margin (margin trading) yang berisiko. Margin trading adalah istilah yang digunakan untuk trading dengan modal pinjaman, yang berarti bahwa para nasabah/investor dapat membeli saham beberapa kali lipat dari modal yang dimilikinya dengan modal tambahan yang dipinjam dari perusahaan sekuritas.

Margin trading memiliki risiko karena investor menggunakan uang pinjaman, dan jika mengalami kerugian investasi maka kerugian itu akan berlipat ganda karena mereka juga harus membayar kembali bunga pinjaman. Oleh karenanya, Komisi Regulasi Sekuritas China mengeluarkan peringatan kepada investor untuk menjauhi pemberi pinjaman ilegal yang menyediakan pembiayaan untuk perdagangan margin.

"Level tren [margin trading] adalah sekitar setengah dari puncaknya, jadi kami percaya reli akan berlanjut. Pada saat yang sama, kita (harus) sadar bahwa kita hanya berjarak 20% dari valuasi tertinggi dalam beberapa tahun terakhir," kata William Ma, kepala pejabat investasi di perusahaan manajemen aset China Noah Holdings, kepada CNBC International, Selasa.

Sebelumnya, praktik semacam itu telah membuat kekacauan di pasar saham pada 2015 lalu. Bahkan, menurut ANZ Research, margin trading bukan hanya bisa merugikan investor, tapi juga pemerintah China.

"Reli saham baru-baru ini adalah pedang bermata dua bagi para pembuat kebijakan China," jelas lembaga itu dalam laporannya, Senin.

Di satu sisi, katanya, arus masuk itu membantu dalam membatasi utang perusahaan, yang telah meningkat karena masuknya kredit tahun ini. Ketika krisis virus corona melanda bisnis, pihak berwenang telah memompa miliaran yuan ke dalam sistem perbankan mendorong pemberi pinjaman untuk memperpanjang kredit dan memangkas suku bunga. Namun, akibatnya, jumlah kredit macet di negara itu diperkirakan semakin besar.

ANZ menambahkan bahwa ketika beban utang perusahaan mereda, tekanan fiskal juga dapat dihilangkan. Itu menunjukkan bahwa pemerintah memegang saham mayoritas di perusahaan milik negara yang terdaftar secara publik.

"Di sisi lain, ada kekhawatiran risiko keuangan terkait perdagangan shadow margin, yang menyebabkan jatuhnya pasar pada 2015," katanya memperingatkan.

Menurut data dari China Securities Financial Corporation, yang membiayai perdagangan margin dan memiliki dukungan likuiditas dari bank sentral China, pinjaman pembiayaan untuk margin trading pada bulan Juni adalah 33% lebih tinggi dari pada bulan Mei. Pada minggu pertama bulan Juli, saldo margin yang beredar di China meningkat 9% menjadi 1,3 triliun yuan, menurut laporan South China Morning Post.

Beberapa platform secara ilegal membiayai perdagangan margin memungkinkan investor untuk meminjam lebih dari 1.000 yuan (US$ 143) untuk membeli saham dengan setoran 100 yuan, 10 kali lipat leverage, menurut media China Caixin Global.

Pada 2015, ada kekacauan pasar besar di China yang dipicu oleh pinjaman margin ilegal yang membuat indeks komposit Shanghai anjlok lebih dari 40% dari level tertingginya hanya dalam beberapa minggu, menurut Reuters. Lebih dari US$ 5 triliun hilang dari kapitalisasi pasar Shanghai dan Shenzhen setelah mencapai level tertingginya pada Juni di tahun itu.

Media pemerintah China awal bulan ini juga memperingatkan para investor untuk menghormati pasar dan mengelola risiko.

"Pelajaran tragis dari volatilitas pasar saham yang abnormal pada tahun 2015 tetap jelas, mengingatkan kita bahwa kita harus mempromosikan pasar saham yang sehat dan makmur dalam posisi yang benar," kata China Securities Journal dalam editorialnya.


(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Mau Kalahkan Wall Street, Siapkan Senjata Pamungkas Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular