PSBB Transisi Resmi Diperpanjang, Obligasi RI Diburu Investor

Haryanto, CNBC Indonesia
17 July 2020 18:37
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia hari ini, Jumat (17/7/2020) mengalami penguatan di tengah aksi penghindaran aset berisiko atau risk aversion setelah kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan penyebaran Covid-19.

Perpanjangan PSBB tersebut, mengindikasikan bahwa roda bisnis belum sepenuhnya berjalan dan berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi. Terhentinya laju perekonomian membuat sejumlah negara seperti Singapura masuk jurang resesi, sehingga investor cenderung menjauhi pasar ekuitas untuk sementara waktu.

Sementara itu, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini tidak tumbuh alias 0%. Tidak hanya itu, Bank Dunia juga memprediksi Indonesia berpotensi masuk jurang resesi.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 0% tersebut lebih baik dibandingkan dengan ekonomi global yang diperkirakan terkontraksi atau minus 5,2% pada 2020.

Oleh karena itu, ketika investor menjauhi aset berisiko karena ekonomi yang mungkin masuk jurang resesi, maka aset pendapatan tetap (fixed income) yang minim risiko cenderung diburu guna menambah portofolio sejumlah institusi yang mencari keuntungan di pasar keuangan.

Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun dan FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 4,00 basis poin (bps) menjadi 6,288%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan imbal hasil (yield) turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Perbandingan Yield SBN RI 17 Juli 2020

 

Yield Obligasi Negara Acuan 17 Juli'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 16 Juli'20 (%)

Yield 17 Juli'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 17 Juli'20 (%)

FR0081

5 tahun

6.328

6.288

-4.00

6.2581

FR0082

10 tahun

7.067

7.043

-2.40

7.0432

FR0080

15 tahun

7.554

7.518

-3.60

7.4879

FR0083

20 tahun

7.588

7.561

-2.70

7.5378

Sumber: Refinitiv

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) justru melemah. Indeks tersebut turun 0,21 poin atau 0,08% menjadi 282,05 dari posisi kemarin 282,26.

Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas. Pada hari Jumat ini (17/7/2020), Rupiah melemah 0,41% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.620/US$ di pasar spot.

Hal ini mencerminkan bahwa investor menambah portofolionya ke aset pendapatan tetap (fixed income) yang minim risiko di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi virus corona.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Mulai Masuk Obligasi RI, Setelah Sempat Keluar Rp 114 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular