Ekonomi China Pulih, Harga CPO Tembus RM 2.600

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 July 2020 11:42
FILE PHOTO: A worker collects palm oil fruit inside a palm oil factory in Sepang, outside Kuala Lumpur in this June 18, 2014 file photo.  REUTERS/Samsul Said
Foto: REUTERS/Samsul Said

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini, Kamis (16/7/2020) harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) Negeri Jiran melesat dan melampaui level psikologisnya RM 2.600/ton. 

Berbagai faktor positif seperti membaiknya permitan hingga potensi penurunan produksi di bulan Juli membuat harga CPO terkerek naik. Pada 10.33 WIB, harga CPO kontrak pengiriman September di Bursa Malaysia Derivatif melesat 1,83% ke RM 2.611/ton.

Pada perdagangan kemarin, harga kontrak CPO juga mengalami reli dengan apresiasi harga sebesar 2,48% ke RM 2.564/ton. 

Dari sisi permintaan, relaksasi lockdown di berbagai negara konsumen minyak sawit seperti China, Uni Eropa bahkan India pada Mei membuat ekspor Malaysia meningkat. Pada Juni lalu ekspor minyak sawit Malaysia naik lebih dari 20% dibanding bulan sebelumnya. 

Pada periode 1-15 Juli ini ekspor Negeri Jiran turun 9% - 10% dibanding periode yang sama bulan lalu. Angka ini lebih baik dari periode sebelumnya saat 10 hari pertama bulan ini. Kala itu ekspor diperkirakan melorot 16.8% - 17,8% oleh perusahaan surveyor kargo.

Dengan asumsi ekonomi akan kembali pulih tahun depan, maka permintaan minyak sawit domestik terutama untuk bahan bakar nabati di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta kiloliter. Hal tersebut disampaikan oleh Andriah Feby Misna dari Direktorat Bioenergi Kementerian ESDM kepada Reuters kemarin. 

Penguatan harga minyak mentah semalam juga turut menjadi sentimen positif pengerek harga CPO. CPO merupakan bahan baku biodiesel sebagai bahan bakar substitusi minyak. 

Harga minyak mentah yang anjlok membuat penggunaan biodiesel dari minyak nabati menjadi kurang ekonomis, sehingga minat dan permintaan terhadap minyak nabati tersebut turun. 

Namun harga minyak mentah yang stabil di rentang US$ 40/barel beberapa bulan terakhir serta diperkirakan masih stabil untuk beberapa bulan mendatang menjadi sentimen positif untuk harga CPO. 

Sementara dari sisi pasokan, Reuters melaporkan Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Semenanjung Selatan memperkirakan produksi 1-10 Juli turun 17,4%. 

"Cuaca yang buruk di Indonesia dengan banjir yang dilaporkan terjadi di Kalimantan dan Sumatra juga mendukung harga" kata Macello Cultera, manajer sales institusional di Philip Futures kepada Reuters.

"Kekhawatiran dari sisi pasokan mulai muncul, hal ini bisa membuat harga tetap terjaga setidaknya hingga akhir Juli" kata Paramalingam Supramaniam selaku direktur di broker Pelindung Bestari Sdn Bhd.

Menambah sentimen positif hari ini, ekonomi China pada kuartal kedua dilaporkan tumbuh 3,2% (yoy) jauh lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun Reuters di 2,5%. China merupakan salah satu negara yang juga termasuk konsumen terbesar minyak nabati terutama sawit.

Sehingga, kinerja perekonomian China yang bagus dan prospek yang membaik tentunya menjadi kabar menggembirakan untuk komoditas minyak nabati unggulan RI dan Negeri Jiran ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga CPO & Emas Kompak Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular