
Ekonomi China Sukses Pulih, Kok Respons Pasar Biasa Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China dipastikan pulih. Di kuartal II 2020 ekonomi tumbuh 3,2% (YoY) sebagaimana dilaporkan Biro Statistik China, Kamis (16/7/2020).
Bahkan pertumbuhan ekonomi China kuartal kedua berhasil tumbuh di atas konsensus yang meramalkan hanya tumbuh 2,5%. Ini artinya kemungkinan besar China sudah bisa lolos dari hantu resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Sebelumnya di kuartal I 2020, China melaporkan ekonomi terkontraksi alias tumbuh negatif -6,8% (YoY). Hal tersebut adalah kontraksi pertama China sejak setengah abad lalu.
Pemulihan ekonomi China, berbanding terbalik dengan sejumlah negara. Singapura kemarin, mencatat resesi pertama sejak kemerdekaan di 1965, di mana secara tahunan ekonomi minus 12,6%.
Seperti kita ketahui China adalah partner dagang terbesar Indonesia baik ekspor maupun impor. China memegang andil 24% dari total impor yang masuk ke Indonesia dan 15% total ekspor yang dikirim oleh Indonesia.
Maka dari itu dengan pulihnya perekonomian China dan lolosnya Negara Panda dari jerat resesi maka akan berpengaruh positif bagi perekonomian RI, dan tentunya akan berefek pada bursa sahamnya.
Akan tetapi tampaknya hari ini pasar masih belum terlalu merespons rilis data ini, karena ternyata pulihnya ekonomi China dikarenakan oleh pengeluaran pemerintah dalam membangun gedung, jalan tol, rel kereta, dan proyek infrastruktur pemerintah lainnya untuk menggenjot ekonomi, bukan dari konsumsi domestik.
Hal inilah yang membuat para pelaku pasar ragu apakah pulihnya ekonomi China ini bisa bertahan dan apakah dapat menjadi motor penggerak ekonomi global keluar dari kubangan resesi.
Terpantau Indeks SSE China masih terkoreksi 0,89% meskipun sudah membaik dari tadi pagi ketika anjlok 1,51% sebelum dirilisnya kabar gembira ini.
Sementara itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), hari ini juga belum merespons berita positif ini, terpantau IHSG sementara terparesiasi 0,47% di angka 5098,45, tidak banyak bergerak sejak dirilisnya data tersebut.
Untuk bursa regional Asia, juga masih terpantau merah. Hang Seng Index di Hong Kong turun 1,08%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 0,49%, Indeks Kospi di Korea Selatan anjlok 0,70%, sedangkan Indeks STI di Singapore terjun 0,55%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resesi 3 Benua Bikin Ambrol di Awal Pekan, IHSG Siap Bangkit!