
Resesi 3 Benua Bikin Ambrol di Awal Pekan, IHSG Siap Bangkit!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2,78% pada perdagangan awal pekan kemarin ke 5.006,223. Bahkan sebelumnya sempat ambrol lebih dari 4%.
Isu resesi menjadi salah satu pemicu ambrolnya IHSG. Jumat pekan lalu, perdagangan saham di dalam negeri libur Hari Raya Idul Adha, sehingga baru merespon kabar resesi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.
Resesi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) kini sudah terjadi di 3 benua. Dari Asia, Jepang, Singapura dan Hong Kong sudah sah resesi, sementara Korea Selatan mengalami resesi teknikal.
Dari Eropa, zona euro juga masuk ke jurang resesi, negara-negara besarnya bahkan berguguran. Jerman, Spanyol dan Italia resesi, sementara Prancis mengalami resesi teknikal.
Suatu negara dikatakan mengalami resesi jika produk domestic bruto (PDB) minus 2 kuartal beruntun secara tahunan atau year-on-year, sementara jika secara kuartalan atau quarter-to-quarter (QtQ) dikatakan sebagai resesi teknikal.
Dari Benua Biru beralih ke Benua Amerika, Negeri Adidaya Amerika Serikat mengalami PDB minus terdalam sepanjang sejarah.
PDB di kuartal II-2020 dilaporkan minus 32,9%, sementara di kuartal I-2020, perekonomiannya mengalami kontraksi 5%, sehingga sah mengalami resesi.
Bukan kali ini saja AS mengalami resesi, melansir Investopedia, AS sudah mengalami 33 kali resesi sejak tahun 1854. Sementara jika dilihat sejak tahun 1980, Negeri Paman Sam mengalami empat kali resesi, termasuk yang terjadi saat krisis finansial global 2008.
Artinya, resesi kali ini akan menjadi yang ke-34 bagi AS.
Pelaku pasar juga cemas akan kemungkinan terjadinya resesi di Indonesia. Kamis pekan lalu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan akhirnya kembali memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi pada Kamis pekan lalu. PSBB transisi diperpanjang selama 2 pekan hingga 13 Agustus mendatang.
PSSB transisi yang terus diperpanjang tersebut berisiko membuat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dan lama. Dengan perpanjangan tersebut artinya separuh kuartal III-2020 masih terjadi PSBB transisi, maka ada risiko pertumbuhan ekonomi minus, seperti yang diramal oleh Bank Dunia.
Maklum saja, DKI Jakarta berkontribusi sebesar 29% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional di tahun 2019.
Namun, pada perdagangan hari ini, Selasa (4/8/2020), IHSG punya peluang bangkit melihat sentimen pelaku pasar yang membaik, tercermin dari penguatan bursa saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan Senin waktu setempat.
Secara teknikal, IHSG melemah setelah beberapa kali gagal melewati resisten (tahanan atas) kuat di di kisaran 5.163 yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911.
![]() Foto: Refinitiv |
Ke depannya, jika Fib, Retracement tersebut berhasil ditembus secara konsisten, IHSG berpeluang menguat lebih jauh ke 5.4587 (Fib. Retracement 61,8%).
Sementara itu untuk hari ini, melihat grafik 1 jam, level psikologis 5.000 akan menjadi kunci pergerakan. Selama tertahan di atasnya, IHSG berpeluang menguat ke 5.025. peluang ke area 5.050 menjadi terbuka jika level tersebut berhasil dilewati. Resisten selanjutnya berada di level 5.080.
Indikator stochastic bergerak turun tetapi masih belum masuk wilayah jenuh jual (oversold).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika mencapai oversold, IHSG punya peluang berisiko berbalik melemah.
Sementara itu jika level psikologis ditembus, IHSG berisiko turun ke 4.980. Jika dilewati, bursa kebanggaan Tanah Air ini akan semakin turun ke 4.925.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!