Gegara Banjir & PSBB, Kinerja Emiten Keramik Rontok

tahir saleh, CNBC Indonesia
16 July 2020 10:32
Ilustrasi Bursa, Pergerakan Layar IHSG di Gedung BEI Bursa Efek Indonesia  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa, Pergerakan Layar IHSG di Gedung BEI Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tengah pandemi Covid-19 di Tanah Air berpengaruh pada hampir semua sektor ekonomi, termasuk emiten-emiten di sektor keramik dan produsen porselen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Selain itu, musibah banjir di sejumlah wilayah Indonesia juga berdampak pada kondisi distributor yang tidak dapat menyerap produksi secara maksimal sehingga berpengaruh pada kinerja pendapatan dan laba emiten.

Alex Dwi Adha, Corporate Secretary PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) mengatakan bahwa di tengah kondisi ekonomi yang kurang mendukung dan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi dunia usaha, pendapatan perseroan di kuartal 1 2020 mengalami penurunan sebesar Rp 18,67 miliar atau turun sebesar 22% dibandingkan tahun 2019.

Penurunan ini juga diikuti dengan penurunan laba bersih sebesar Rp 2 miliar atau turun sebesar 50% dibanding tahun 2019.

Total pendapatan CAKK pada kuartal I-2020 menjadi Rp 64,84 miliar dari periode yang sama 2019 yakni Rp 83,51 miliar, sementara laba bersih Rp 2,02 miliar dari sebelumnya Rp 4,03 miliar.

"Penurunan pendapatan maupun laba bersih perseroan adalah karena pada awal tahun distributor tidak dapat menyerap produksi secara maksimal karena terjadi bencana banjir di beberapa wilayah di Indonesia, di samping itu juga per Maret 2020 pemerintah mulai menerapkan kebijaksanaan PSBB yang berakibat pada penurunan penjualan," katanya dalam keterangan resmi usai paparan publik di Jakarta, Rabu (15/7/2020).

Dia mengatakan, selama periode PSBB, perseroan menghentikan kegiatan produksi pada April 20 sampai dengan minggu pertama Juni 2020. Hal ini terpaksa dilakukan untuk menjaga keselamatan semua pihak, mengingat proses produksi perseroan termasuk industri padat karya dengan jumlah karyawan yang cukup banyak.

RUPST PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk 15 Juli 2020Foto: RUPST PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk 15 Juli 2020
RUPST PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk 15 Juli 2020

Menurut dia, meskipun membukukan peningkatan pendapatan bersih sebesar 5,34% atau sebesar Rp 14,9 miliar di tahun 2019, namun laba perseroan mengalami penurunan sebesar 84,47% atau sebesar Rp 11,23 miliar yang diakibatkan oleh pengeluaran untuk perbaikan dan maintenance mesin selama kurun waktu tahun 2019.

Perusahaan perdagangan dan industri keramik ini menjadi perusahaan publik melalui penawaran umum saham perdana (IPO) pada 31 Oktober 2018. Tahun ini, Alex Dwi menegaskan perseroan akan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengidentifikasi, menganalisa dan mengelola risiko bisnis yang muncul dimulai dari aspek strategis sampai dengan aspek operasional.

"Selain itu, perseroan juga melakukan efisiensi terhadap biaya operasional dengan memangkas biaya-biaya yang tidak bersifat urgent dan menjaga perputaran cashflow dari waktu ke waktu sehingga operasional usaha dapat berjalan dengan lancar," katanya.

Tak hanya CAKK, dampak pandemi juga dirasakan emiten di sektor ini. Rudy Sujanto, Corporate Secretary PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) juga menjelaskan dampak pandemi terhadap penghentian operasional sebagian perusahaan.

"Sebagian besar toko/distributor menghentikan sementara kegiatan operasionalnya dalam rangka mematuhi peraturan pemerintah mengenai PSBB yang berdampak pada penurunan permintaan keramik," katanya, dalam surat jawaban ke manajemen BEI.

Dia mengatakan jumlah karyawan yang terdampak dengan status lainnya misalnya pemotongan gaji, penyesuaian shift/hari/jam kerja, dan lainnya mencapai 1.999 orang.

Menurut dia, dari sisi perkiraan seberapa besar perubahan laba bersih (konsolidasi) untuk periode 2020 dibandingkan periode yang sama di tahun 2019, estimasi penurunan bisa sebesar 25%.

Sekretaris Perusahaan PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) Winda Yohana mengatakan dampak juga terasa. Perseroan bahkan melakukan penghentian sementara produksi, yang dilakukan pada 3 April 2020 sampai dengan 30 Juni 2020.

"Pada entitas anak dengan jenis usaha Manufaktur Ubin Porselen sehubungan dengan pembatasan kegiatan industri, maka demi keselamatan dan kenyamanan karyawan serta efisiensi beban produksi, kami menghentikan sementara produksi," katanya dalam keterbukaan informasi.

"Adapun penghentian ini tidak mengganggu stok yang masih tersedia dan telah diperhitungkan. Sehingga Perusahaan tetap berusaha mengoptimalkan distribusi dan penjualan di tengah pembatasan," katanya.

Pihaknya memperkirakan ada penurunan 25% atas perubahan laba bersih (konsolidasi) untuk periode 2020 (dapat menggunakan proforma) dibandingkan periode yang sama di tahun 2019.

"Perseroan masih tetap melakukan efektifitas kerja dengan menyesuaikan kondisi ketentuan bekerja dalam masa New Normal. Menerapkan rata-rata 50 persen kehadiran karyawan dan memaksimalkan sistem komunikasi kerja dengan Online dalam setiap proses kerja. Secara Umum perusahaan melakukan efisiensi pada biaya-biaya tinggi yang masih dapat dikelola perusahaan."

Emiten lain yakni PT Surya toto Indonesia Tbk (TOTO) juga terkena dampak. Manajemen mengungkapkan kegiatan proses produksi di Pabrik Saniter, Fitting dan Kitchen turun 50%.

Estimasi perubahan laba bersih untuk periode 2020 dibandingkan 2019 bisa mencapai 75%. "Kegiatan produksi disesuaikan dengan permintaan pasar lokal dan ekspor, saat ini 50% dari kegiatan normal, bekerja secara efisien dan mengkaji ulang rencana capex [belanja modal], menjaga cash flow perseroan agar tetap sehat," tegas Setia Budi Purwadi, Direktur TOTO, dalam pernyataan di BEI.

Emiten lainnya PT Keramika Indonesia Asosiasi Tbk (KIAS) juga terimbas. Mengacu data laporan keuangan, kinerja 3 bulan pertama tahun ini pendapatan perseroan turun menjadi Rp 135,32 miliar, dari periode yang sama 2019 yakni Rp 209,24 miliar.

Perseroan bahkan masih mencatatkan rugi bersih Rp 8,47 miliar berkurang dari rugi bersih 2019 yakni Rp 22,69 miliar.

"Terdapat penghentian operasional sebagian di pabrik lokasi Cileungsi dan Karawang. [Dilakukan] penerapan WFO [work from office] dan WFH [work from home] secara bergantian," kata manajemen KIAS dalam pernyataan resmi.

Perseroan mengestimasi perubahan laba (rugi) bersih (konsolidasi) tahun 2020 dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 antara 25% hingga 75%.


(tas/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uji Prospek Saham Baru Anggota LQ45 & IDX30

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular