
Wall Street Menghijau, Ayo IHSG Bisa Tembus 5.150!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis (16/7/2020) berpeluang masuk zona hijau mengikuti kinerja bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup menguat, terdorong oleh laporan laba Goldman Sachs dan lonjakan data produksi industri.
Sebelumnya, pada perdagangan Rabu kemarin (15/7/2020) IHSG harus menerima kekalahan dari investor Asing yang bawa kabur dananya. Di mana IHSG berakhir turun tipis 3,32 poin atau 0,07% ke level 5.075,8.
Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Rabu kemarin mencapai Rp 7,21 triliun, investor asing terus melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp 651,92 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 206 saham yang membukukan penurunan, sementara sebanyak 202 saham yang naik dan 159 stagnan.
Saham-saham yang mengalami penurunan di antaranya saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) (-6,83%), PT Ginting Jaya Energi Tbk (WOWS) (-5,97%), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) (-5,00%), sedangkan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) (-2,37%) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) (-2,34%).
Saham yang paling banyak dilego asing kemarin adalah PT Bank Negara IndonesiaTbk (BBNI) dengan jual bersih sebesar Rp 56 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 239 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing adalah PT Indofood CBP Sukses MakmurTbk (ICBP) dengan beli bersih sebesar Rp 20 miliar dan PT Aces Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 13 miliar.
Sentimen negatif IHSG muncul menyusul lonjakan baru-baru ini dalam kasus coronavirus. Hal ini bisa memicu pembatasan wilayah atau lockdown di seluruh negara kembali guna memitigasi penyebaran, sehingga berdampak pada terhentinya roda perkonomian global.
Ketika aktivitas ekonomi terganggu maka berujung pada jurang resesi, yaitu pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi dalam kurun dua kuartal berturut.
Hal ini sudah terlihat seperti di negara Singapura yang resmi resesi mengacu pengumuman dari Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura, pada hari Selasa (14/7/2020) lalu.
Secara kuartalan, ekonomi Singapura di kuartal II 2020 berkontraksi atau minus 41,2%. Sementara secara tahunan, PDB anjlok 12,6%. Ini melebihi survei sejumlah lembaga dan ekonom. Corona memukul keras ekonomi Singapura yang terfokus pada perdagangan.
Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Rabu kemarin (Kamis pagi waktu Indonesia) berakhir di zona hijau.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 227,51 poin atau 0,9% menjadi 26.870,10 dan merupakan kenaikan harian keempat beruntun. Sementara indeks Nasdaq menguat 61,92 poin atau 0,6% ke level 10.550,49, sedangkan S&P 500 terapresiasi 29,04 poin atau 0,9% menjadi 3.226,56.
Apresiasi bursa Wall Street muncul ketika berita optimis tentang vaksin virus corona membantu para pelaku pasar mengabaikan berita tentang rekor lonjakan satu hari dalam kasus baru terinfeksi Covid-19 di AS.
Selain itu, berita laba dari Goldman Sachs (GS) yang optimis menambah sentimen positif, di mana perusahaan raksasa keuangan tersebut melaporkan laba kuartal kedua jauh lebih kuat dari yang diharapkan.
Goldman Sachs melaporkan laba sebesar US$ 6,26 per saham dari pendapatan US$ 13,3 miliar dibandingkan dengan perkiraan analis untuk pendapatan US$ 3,78 per saham atas pendapatan US$ 9,8 miliar. Perusahaan mendapat manfaat dari hasil yang kuat dalam divisi perdagangan dan investasi perbankan.
Pelaku pasar juga bereaksi positif terhadap laporan dari Federal Reserve yang menunjukkan bahwa produksi industri AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada bulan Juni. Produksi industri melonjak 5,4% pada Juni setelah melonjak 1,4% pada Mei. Ekonom memperkirakan produksi akan melonjak sebesar 4,3%.
Pada catatan pukul 07:45 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) koreksi 0,32% pada 26.679, sedangkan S&P 500 turun 0,30% menjadi 3.209 dan Nasdaq Composite 100 ambles 0,62% pada 10.617.
Pada perdagangan pagi ini Kamis (16/7/2020) koreksi bursa Wall Street kontrak berjangka (futures) kemungkinan menjadi penghalang IHSG untuk masuk zona hijau.
![]() Analisis Teknikal |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot setelah menyentuh area resistance, dengan garis BB yang mulai melebar maka, pergerakan selanjutnya cenderung masih koreksi.
Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support selanjutnya yang berada di area 5.060 hingga area 5.010. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 5.105 hingga area 5.150.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berpotongan di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan untuk koreksi.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 57, dengan garis yang menunjukkan pergerakan turun setelah menyentuh area overbought, maka IHSG berpotensi untuk koreksi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot setelah menyentuh area resistance dengan garis BB yang mulai melebar maka pergerakan selanjutnya cenderung terkoreksi.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500