
Rupiah Terkuat di Asia, Terima Kasih China!

Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) pada pukul 14:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate turun 25 basis poin (bps) ke 4%.
"Sejauh ini, BI sudah menurunkan suku bunga acuan 75 bps sejak awal tahun. Masih di bawah The Fed (The Federal Reserve, bank sentral AS) yang memangkas sampai 150 bps. Ada ruang yang lebih dari cukup bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuan," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.
Pertimbangan stabilitas eksternal kerap menjadi faktor yang membuat BI menahan diri untuk menurunkan suku bunga acuan. Sekarang, sepertinya faktor itu tidak perlu dikahwatirkan.
Stabilitas eksternal diukur dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), wabil khusus transaksi berjalan (current account) yang mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Minimal untuk neraca perdagangan barang, BI rasanya tidak perlu terlampau cemas.
Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2020 surplus US$ 1,2 miliar. Sepanjang kuartal II-2020, neraca perdagangan membukukan surplus yang besar, nyaris US$ 3 miliar. Lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang positif US$ 2,59 miliar.
Oleh karena itu, sepertinya transaksi berjalan pada kuartal II-2020 akan lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya, yang defisit 1,42% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pasokan devisa ke perekonomian domestik membaik, sehingga menjadi modal bagi stabilnya nilai tukar rupiah.
