Di Tengah Pandemi, Bos PTBA: Progres PLTU Sumsel 8 Capai 48%

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
15 July 2020 15:13
Harga Batu Bara Anjlok, PTBA Siap Pangkas Produksi  (CNBC Indonesia TV)
Foto: Harga Batu Bara Anjlok, PTBA Siap Pangkas Produksi (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin mengatakan berbagai proyek yang dijalankan perusahaan tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19.

Salah satunya adalah PLTU Sumsel 8 yang tetap berjalan dan kini telah mencapai 48%. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi atau commercial Operation Date (COD) paling lambat awal 2022.

"Proyek strategis tetap kami jalankan, pertama hiliriisasi. Kedua adalah PLTU Sumsel 8 yang saat ini progress konstruksinya sudah 48% sehingga kami harapkan akhir 2021 atau 2022 awal bisa COD," kata Arviyan kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/07/2020).

Bahkan alokasi terbesar yang dianggarkan perusahaan merupakan PLTU Sumsel 8 dengan capex Rp 250 miliar. Sebelumnya Arviyan mengatakan pada kuartal I-2020, perseroan sudah menyerap belanja modal Rp 407 miliar dengan perincian sebesar Rp 39 miliar untuk biaya investasi rutin perbaikan alat dan maintenance, dan investasi pengembangan Rp 368 miliar. Sementara total investasi sepanjang tahun 2020 ditargetkan sebesar Rp 4 triliun.

PLTU Sumsel 8 merupakan proyek strategis mencapai US$ 1,68 miliar atau setara Rp 24 triliun. Menurut perseroan, proyek tersbeut merupakan bagian dari program 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai independent Power Producer (IPP).

Nantinya PLTU Sumsel 8 membutuhkan 5,4 juta ton batu bara per tahun.

Selain proyek yang terus berjalan, PTBA juga masih memasang target penjualan di angkat 29,9 juta ton dan produksi sebesar 30,3 juta ton. Arviyan optimistis bisa mencapai target tersebut terutama karena perusahaan berhasil melakukan diversifikasi pasar di luar pasar tradisiona yakni China dan India. Perusahaan membidik penjualan ke Kamboja, Laos, Brunei Darussalam, Bangladesh dan Vietnam.

"Produksi kita tidak akan revisi karena kita ada keyakinan kondisi pandemi Juli ini bisa berakhir. Sebagaimana kita liat PSBB dilonggarkan, banyak negara new normal dan saya berharap di semester dua ini kita bisa lakukan kegiatan produksi dan penjualan untuk me-recover gap dua bulan terakhir di tengah pandemi," kata Arviyan Juni lalu.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hore! Progres Proyek PLTU Mulut Tambang Terbesar RI Capai 84%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular