
Efek 'Buang Dolar', Goldman Sachs Ramal Yuan Bakal Terbang

Dalam beberapa pekan terakhir, data ekonomi China menunjukkan perbaikan. Kemarin data menunjukkan ekspor-impor Negeri Tiongkok yang berdenominasi dolar AS kembali tumbuh di bulan Juni. Ekspor dilaporkan tumbuh 0,5% year-on-year (YoY), dan impor tumbuh 2,7% YoY.
Hasil polling Reuters sebelumnya memprediksi ekspor China bulan Juni akan turun 1,5% YoY, dan impor terkontraksi 10% YoY.
Selain itu, dalam denominasi yuan ekspor juga menunjukkan pertumbuhan 4,3% YoY dan impor naik 6,2% YoY.
Data ekspor-impor tersebut melengkapi serangkaian data yang dirilis sebelumnya. Inflasi China di bulan Juni dilaporkan tumbuh 2,5% secara tahunan atau YoY, naik dari bulan sebelumnya 2,4% YoY. Ini juga merupakan kenaikan pertama setelah menurun dalam 4 bulan sebelumnya.
Sebelumnya, di IHS Markit pada 30 Juni lalu melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Negeri Tionkok bulan Juni naik menjadi 50,9 dari bulan sebelumnya 50,6.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi dan di atasnya berarti ekspansi.
Dengan demikian, China masih mempertahankan bahkan menambah laju ekspansi di bulan Juni, meski virus corona sempat menyerang ibu kota Beijing.
Sejak dilanda pandemi penyakit virus corona (Covid-19), sektor manufaktur China hanya mengalami kontraksi di bulan Februari (angka indeks sebesar 35,7) setelahnya, mencatat ekspansi dalam 4 bulan beruntun.
Sehingga ada peluang ekonomi China akan mengalami kurva V-Shape, merosot tajam di kuartal I, tetapi mampu segera melesat naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]